![]() |
Capture Dari X |
Belum sepekan makan siang gratis ini sudah banyak masalah, kajian yang tidak tuntas dan mendalam menjadi salah satu dua dan tiga penyebabnya.
Selain belum merata ke seluruh penjuru negeri, distribusi pun masih carut marut, itupun yang terlihat hanya di kota, pertanyaanya bagaimana kalau di desa pedalaman bahkan pulau terluar?, kemarin justru ada berita aneh, makan siang siswa tertunda gara-gara Qodari sebagai pejabat negara sedang ditunggu untuk meninjau, menyaksikan anak-anak makan.
Belum lagi isi piring, lauk yang di pertanyakan tentang isi dan gizinya, susu yang dulu di janjikan ternyata bukan lagi Senin Kamis tapi bisa ada hanya sepekan sekali, itupun bisa di ganti daun kelor.
Anak-anak juga seleranya tidak sama, sayur yang matang saja kadang tidak di makan apalagi yang masih setengah matang, bahkan ada sekolah yang kebanyakan siswa menyisahkan sisa makanan, alias tidak habis, akhirnya jatuhnya mubazzir. Ini mungkin salah satu penyebabnya karena masakan di kantin sekolah dan di rumahnya masih lebih nikmat mereka rasa.
Disisi lain ada juga yang kena imbas, dari makan siang gratis ini, termasuk pedagang di kantin sekolah, dan abang-abang pedagang di depan sekolah yang omsetnya sedikit menurun.
Karena program ini tidak bisa juga di pungkiri banyak tabir-tabir kesedihan yang mulai terbuka, program yang memang pas kena sasaran, karena adanya perbedaan pendapatan orang tua murid, perbedaan penghasilan secara ekonomi, ada anak sekolah memang yang tidak sarapan bila ke sekolah, ada anak yang merelakan separuh membungkus sisa makanannya demi keluarga, ibu dan adiknya dirumah.
Sedikit saran kalau program ini yang anggaranya bertriliun-triliun, masih mau terus berlanjut, perlu evaluasi secara maksimal, apalagi kabarnya Prabowo juga masih ikut menalangi pakai duit pribadi 🤭. Sebaiknya prioritaskan sekolah - sekolah yang muridnya memang sangat perlu dan membutuhkan adanya manfaat dari makan gratis ini, dan lebih tepat sasaran, lebih efektif dan efisien. Dan persoalan ini lagi-lagi perlu data dan kajian yang akurat.
Karena terlihat yang didatangi pejabat untuk menyaksikan pesta makan anak ini serta yang di liput media, rata-rata sekolah yang bagus, sekolah yang bertingkat, padahal masih banyak di luar sana sekolah pinggiran yang reot, lebih mirip kandang ternak, sekolah yang hampir ambruk, murid-muridnya yang memang kebanyakan tidak sarapan sebelum ke sekolah, dan yang kebanyakan penghasilan orang tuanya tidak menetap.
Program ini perlu transparansi, tak perlu ada larang-melarang, tak perlu di bungkam kalau ada siswa yang mau mendokumentasikan dan menilai, karena pada hakekatnya begitulah makan yang mereka dapat dengan nilai sepuluh ribuan. sebab anak sekecil itu apalagi masih anak SD, tidak perlu berhadapan secara frontal dengan Rezim, juga tak perlu mengarahkan media mengabarkan yang hanya baiknya saja, biarkanlah berjalan senatural mungkin.