Kemarin malam menonton laga hidup mati PSM demi tetap bertahan di Liga 1 sepakbola di Negeri ini, perjuangan dan tekad akhirnya mampu lolos dari jurang turun kasta.
Laga semalam rasanya ibarat laga juara, sensasinya memicu adrenalin, pemain official sampai supporter.
Setelah pertandingan ada tangis haru, ada rasa mengharu biru, upss salah mengharu merah karena PSM itu "Eja", syair lagu anthem PSM bergema di medsos-medsos, dibarengi teriakan Ewako, Pakintaki dll.
Bagi pecinta pendukung sampai supporter karbitan sangat merasakan exprience yang sangat berbeda.
Saya pribadi juga merasakan experience itu, terkenang saat mengumpulkan seribu dua ribu demi bisa nonton di stadion legendaris in memoriam Mattoangging, meskipun kadang cuma dapat tribun terbuka duduk dikacucu dekat tiang lampu. pernah juga beberapa kali diajak nonton sama dosen maniak juku eja yang kebetulan satu server, dibayarkan lagi pakai tiket vip tribun tertutup sektor utara maupun selatan.
Saya bukan termasuk supporter nekat yang jago aksi manjat pakai sabuk, bukan juga termasuk komunitas supporter yang nyanyi-nyanyi dipandu beberapa dirigen, karakter suportter berbagai macam, rela melakukan berbagai macam aksi, demi kecintaan dan bentuk dukungan meskipun ada beberapa memakai modal nekat.
Lagi-lagi sensasi dan experience seperti itu adalah atmosfer yang berbeda, pengalaman mahal dan berharga, supporter sangat berharap Mattonging dibangun kembali, setelah dua tahun lalu diluluh lantakkkan buldozer, biar laga-laga PSM bisa seperti sedia kala, bukan seperti saat ini menjadi tim musafir, karena tidak adanya stadion yang representatif dan berstandar di butta pa'rasanganta.
Saatnya berbenah dari semua lini demi eksistensi, mulai dari persoalan ngutak ngatik yang akan mengisi skuad, juru taktik, managemen, dan tentunya stadion bagian dari yang paling urgen.
#EwakoPSM
Acchi
06:56 PM