Judul diatas mirip-mirip dengan judul novelnya Habiburrahman El Zhirazy pudarnya pesona Cleopatra, tapi disini adalah dalam bentuk uraian lain yang berupa momentum yang terjadi saat ini khususnya acara seremonial Negeri tercinta ini.
Tak terasa usia kemerdekaan Negeri ini sudah 68 Tahun semenjak para Funding Father memproklamirkan berdiri dan berdaulatnya Negeri ini, bila melihat sejarah perjuangan tidaklah mudah darah dan air mata tumpah hanya demi sebuah kedaulatan dan bahkan setelah deklarasi kemerdekaan pun penjajah masih sempat melakukan agresi, namun dengan tekad yang kuat untuk mempertahankan kemerdekaan nyawa kembali menjadi taruhan untuk menunjukkan eksistensi dari sebuah Negara yang berdaulat.
Dan hingga saat ini dengan mengenang semua dari kisah heroik sang pejuang, apatahlagi sang Proklamator saat beliau masih eksis dengan kharismanya tersendiri sering mengingatkan kita untuk tidak sekali-kali melupakan sejarah Negara dan Bangsa tercinta ini.
Dan kini di Era sekarang ini bila melihat usia Negara ini bila disamakan dengan usia manusia maka sudah termasuk usia yang cukup tua dan mejelang renta dan bila dalam agama Islam dikatakan sudah berada diusia “Baena Sittin Wa Sabein”.
Namun apa yang kita saksikan saat ini masih banyak yang perlu dibenahi diperbaiki dan untuk diperbuat untuk mengisi kemerdekaan ini, masih banyak saudara kita diluar sana yang masih belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya, mereka bahkan kita masih merasakan kemerdekaan yang semu.
Para pemimpin Negeri yang seharusnya para pengambil keputusan dan kebijakan justru menyelewengkan wewenang demi kepentingan kelompok dan pribadinya justru berada dalam pusaran Korupsi yang menggorgoti Negeri ini, mulai dari tingkat paling rendah hingga yang paling tinggi, semua lembaga Negara ini hampir semua terlibat dan teridikasi ada oknum maupun kelompok yang bermain kotor, tengoklah lembaga-lembaga hukum maupun lembaga lainnya, bahkan kemarin KPK kembali menangkap tangan pejabat Negara yang pernah menjadi wakil Menteri terindikasi berat melakukan Suap.
Bahkan kemarin ada berita Lembaga Kepresidenan kita disadap oleh Negara Inggris dan Australia malah tenang-tenang saja, Kontra Intelegen Bobol padahal untuk memata-matai rakyatnya sendiri justru paling jago, ibarat mencari jarum dalam setumpukan gunung jerami pun bisa didapat.
Itulah salah satu problematika Negeri kita ini masih banyak lain yang juga sama rancunya dan rusaknya, Masalah Ekonomi, Sosial, Sara, Budaya, Politik, Keamanan, Kedaulatan, sumber daya, dll yang masih perlu dibenahi diperbaiki ditingkatkan dijaga dengan tekad yang memang harus jujur kepada semua kalangan yang berbangsa dan bernegara, Peminpin harus punya Goodwill dan Good Governance dalam mengurusi Negara, Tahun depan sudah kembali menjalani proses Demokrasi pemilihan Legislatif dan Presiden dan itu semua tergantung Gantungannya kalau mau Baik yah Baik atau kembali Rusak separah-parahnya, untuk ranah diatas biarlah mereka-mereka sebagai para pembesar di Negeri yang berpikir dan mengelolanya dan kita sebagai Rakyat hanya memberi masukan dan menerima hasil eksekusi kebijakan mereka-mereka.
Sementara disini di tempatku diLorong/diGang Merah Putih tidak lagi menjadi sesuatu yang sakral bila perayaan kemerdekaan, tradisi-tradisi pasang umbul-umbul dan pernak-pernik tidak semeriah tahun kemarin-kemarin, tidak ada lagi semacam pesta rakyat untuk memeriahkan hari jadi Nagara ini, bendera Merah Putih dipasang seadanya, Bendera Kusam bersanding dengan Bendera Lusuh, Bendera Pudar bersanding Bendera Sobek, Bendera Baru hanya satu-satu.
Pertanyaan terakhir dari dalam Hati apakah Indonesia kedepan akankah masih ada dengan kedaulatan yang seperti ini untuk merayakan hari jadinya yang ke 100 Tahun..? ataukah akan seperti sapu lidi yang terlepas ikatannya..?
Acchi 11 : 26 AM