Gerakan ini dinisiasi oleh beberapa tokoh-tokoh nasional dari berbagai macam latar belakang profesi, untuk mengetahui para tokohnya silakan googling saja.
Kehadiran gerakan ini membuat kepanikan bagi yang risih atas tindak tanduk gerakan ini, karena terbukti untuk melakukan deklarasi saja perlu mengarungi jalan terjal, mirip-mirip seperti saat menjelang Aksi ummat Islam yang berjilid-jilid beberapa tahun lalu ketika terus direcoki, kali ini polanya juga hampir sama seperti, ancaman dan intimidasi terhadap tokoh-tokohnya, pembunuhan karakter atas tokoh-tokohnya, pengambil alihan atau tackdown media sosial milik tokoh-tokohnya, penyebaran pamlet baligho spanduk yang bernada dan bergambar aneh-aneh, dituduh makar dan sebagainya, dikatai gerakan kelompok sakit hati, sampai dikirimi massa tandingan yang dibuat gerakannya yang dimirip-miripkan namanya.
Pelajaran yang didapat dari hadirnya gerakan KAMI ini, karena tidak adanya balance keseimbangan politik dan fungsi kontrol yang baik, yang seharusnya yang punya fungsi mengontrol dilembaga terhormat itu justru menjadi pincang dan tak berdaya, sehingga lahirlah gerakan ini untuk mengisi sekat ruang-ruang kosong itu.
Bukankah demokrasi jalan yang dipilih segenap rakyat negeri ini untuk mengarungi berbangsa dan bernegara?. Maka selayaknya dan sepatutnya pemangku kekuasaan dan lingkarannya tidak perlu terlalu over paranoid menyikapinya, pengalaman dari aksi berjilid-jilid gerakan Islam yang terus direcoki malah berdampak pada keterbelahan yang tidak berkesudahan antara cebong kampret atau togog kadrun.
Suara-suara kritik dari luar adalah hal yang wajar dan lumrah dialam demokrasi, dan tugas penyelenggara negara tidak perlu curiga apalagi sampai baper, cukup dengan action dalam bekerja, skill kalian diuji mengelola negara ini dengan baik, kemampuan kalian dan hasilnya akan dinilai sendiri oleh Rakyat. Biar negeri ini joss bisa maju seperti tagline hari kemerdekaan ditahun corona ini menuju #IndonesiaMaju.
#BergerakBersamaKAMI
Acchi
05:06 AM