Gaung sumpah pemuda 85 tahun silam yang bertekad dan berikrar untuk bersatu dan mempersatukan pemuda-pemudi yang terdiri dari beberapa suku dan agama di negeri ini yang saat itu belum merdeka dari penjajahan, dan karena sumpah pemuda itu pulalah yang menjadi cikal bakal untuk menuju kemerdekaan itu sendiri.
Bersumpah Berbangsa satu bertanah air satu dan Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dikondisi saat ini masih cukup relevan dengan sumpah pada masa lalu itu, Cuma mungkin terjadi evolusi sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
Dan perubahan-perubahan yang terjadi itu justru mengikis dan cenderung terus tergerus oleh peradaban modern yang masuk secara implisit tanpa saringan sehingga adat dan budaya asli dinegeri ini semakin ditinggalkan oleh pemudanya sendiri.
Ego sentrik yang lebih dominan mulai dari struktur kepemudaan yang paling dasar hingga strata yang paling tinggi, yang terorganisir apalagi yang tidak terorganisir, jangan heran kalau dimana-mana terjadi tawuran dan perang kelompok para politisi tidak lagi menjadi negarawan para penegak hukum mempermainkan hukum dan hal demikian itu hampir tiap hari kita disajikan dalam media-media tv maupun media massa lainnya.
Lalu apa yang salah dengan hal ini..? Tidak ada yang salah Cuma jalurnya yang sudah terlalu jauh keluar dari rel-rel, dan ini yang perlu diluruskan dengan menaggalkan ego masing-masing memperbaharui tekad dan terus untuk berkomitmen untuk berbangsa dan bertanah air dan bahasa Indonesia sebaga bahasa persatuan dari beberapa macam bahasa diseantero negeri ini, dan atas nama bangsa dan tanah air kemajemukan negeri ini menjadi kekayaan tersendiri demi mewujudkan bangsa yang plural dan humanis, menjadi bangsa yang bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa lain.
Pada hakekatnya terlalu banyak contoh yang telah diperlihatkan para pendahulu kita para Founding Father negeri ini tentang nilai-nilai persatuan bangsa dan mereka kemudian mengaplikasikan dengan dengan bekerja dengan tekad kemudian hidup sederhana, bahkan tidak sedikit dari mereka hingga akhir hayatnya hanya meninggalkan pesan moral dan agama kepada anak dan keturunannya.
Sumpah pemuda itu kalau diibaratkan manusia tentulah sudah renta namun sekali lagi sumpah itu masih sangat relevan untuk kondisi kekinian maka sepatutnya tekad dalam diri kita sebagai rakayat terutama para pemuda untuk berani jujur dalam setiap aspek kehidupan ini dan kalau itu bisa berjalan tak perlulah ada gaung Cutting Generation untuk memutus budaya-budaya yang merusak selama ini terutama korupsi, suap, sogok, memperkaya diri sendiri kelompok dan golongan demi eksistensi padahal hasil dari cara curang korupsi.
Negeri ini mahakaya Sumber daya alam dan sumber daya manusianya sama baiknya tinggal pengelolaan yang perlu diperbaiki menuju kearah yang lebih baik dan akan hal itu masih banyak dinegeri ini orang-orang yang berkomitmen kearah yang lebih baik.
Spanduk besar di gedung KPK salah satu bagian dari inspirasi tulisan ini “BERANI JUJUR ITU HEBAT” Kemudian ada Mahfudzat yang dulu kudapat sewaktu mondok dulu “Kulil Haqqu Walauw Kana Murran” Katakan Yang Benar Meskipun Itu Pahit.
Selamat Hari Sumpah Pemuda, Sumpah tanpa Basa-Basi..
Acchi 01 : 36 AM