Capture Google |
Sidang sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi dalam sepekan terakhir ini, banyak memunculkan fakta-fakta yang menarik disaksikan, selain fakta ada juga akrobatik, adu argumentasi pun di tampilkan, pandangan dari saksi, ahli, pemohon, termohon, penggugat, tergugat, para pengacara, dll. Sedang adu mekanik tentang dalil-dalil pembenaran di mimbar atas nama hukum dan keadilan.
Terlihat juga momen - momen lucu, ketika ada yang tertidur, ada yang salah hitung karena kalkulatornya rusak, ada tekhnologi yang di utak atik, ada pengacara yang pamer cincin batu, bahkan adapula yang sampai cara pandang dan nalarnya yang rusak meskipun dia sering disebut ahli.
Mahkamah Konstitusi ini adalah lembaga peradilan yang tempatnya untuk menyelesaikan perkara hukum Negara, menguji undang-undang, sampai seperti yang saat ini menyelesaikan perkara pemilu.
Hakim di Mahkamah Konstitusi itu juga manusia biasa, yang bisa masuk angin yang bisa juga hijau matanya kalau di tawari duit, wanita, apartemen, mobil mewah, saham, dll. dan hakim itu juga punya rasa takut, apalagi kalau pribadinya terancam, terintimidasi, bahkan bisa sampai menyenggol ke keluarga mereka. Apalagi yang di hadapi adalah kekuasaan yang terbiasa melabrak aturan.
Dan sudah terbukti ada hakim yang kena hukum karena melanggar etik, seperti paman Oesman yang kali ini tidak diikutkan untuk perkara ini. Bahkan zaman sebelumnya sampai ada yang kena OTT KPK karena berani menggadaikan jabatanya.
Tidak semua hakim memang bisa terbeli, dan menjual murah kewenangan dan kekuasaannya, ada juga yang punya kredibilitas yang tinggi, masih punya standar moral dan kepatutan, ada juga yang masih bertahan, tapi ada juga yang sudah disingkirkan secara paksa, namun ada juga hakim yang duduk di singgasananya karena titipan.
Menyaksikan drama peradilan di Mahkamah Konstitusi itu, yang dilihat adalah ujungnya, dan lebih baik bersabar menunggu akhirnya. jangan terpedaya oleh proses, karena bisa jadi proses hanyalah bagian dari akting para aktornya, berkaca dari pengalaman sebelumnya sudah disaksikan, bahkan sampai ayat-ayat Tuhan pun dikutip, namun nyatanya hasilnya diluar ekspektasi banyak orang, karena lebih cenderung menjadi mahkamah kalkulator.
Meskipun peradilan saat ini ada sedikit perbedaan dari sengketa pemilu sebelumnya, bukan pada persoalan angka dan kuantitas, tapi yang dicoba untuk di permasalahkan adalah kualitas pemilu yang kacau balau karena dianggap sedari awal sudah banyak cacat, pelanggaran massif, terutama persoalan etik, melabrak aturan persoalan usia, cawe-cawe Kepala Negara, politisisasi bansos yang ugal-ugalan, politik uang, pengerahan menteri, PLT dan intimidasi instrumen aparat Negara dan Desa, alat hitung yang terafiliasi dengan China.
Jadi bagi kalian Rakyat Wakanda, selalu sisakan ruang untuk tidak percaya pada drama-drama peradilan di ruang sidang, apalagi penguasa pasti akan menggunakan semua sumber daya dan kapasitasnya, segala upaya bagaimana pun caranya untuk mempertahankan kekuasaan.
Acchi
03:06 PM