Assalamu Alaikum Selamat Datang Di Blog Kami
Selalu Siap Menerima Kritik Dan Saran Atas Tulisan Dan Konten Di Blog Sederhana Ini...

Wednesday, 24 February 2016

Setoran – setoran di Jalan ( Pemalak Berseragam )

Rabu petang kemarin bertiga dengan kawan memulai perjalanan yang sudah pasti akan melelahkan karena akan melintasi beberapa kabupaten bahkan sampai menyeberang ke Propinsi tetangga, dengan menggunakan mobil pick up berwarna biru dengan muatan stereofoam atau orang biasa menyebutnya gabus, stereofoam atau gabus ini akan di gunakan untuk keperluan perikanan baik sebagai wadah tamping  maupun sebagai pelampung rumpon ditengah-tengah laut karena bentuknya besar-besar ada yang berbentuk memanjang seperti springbad dan ada juga seperti drum bulat.

Setelah berdoa dan bertawakkal untuk dimudahkan perjalanan ini maka di mulailah trip ini dengan melintasi jalan kota Makassar kemudian masuk jalan tol biar terhindar macet dan mempersingkat waktu, pikirku kini kami akan meninggalkan hiruk pikuk kota dan akan menyaksikan diperjalanan jalan berkelok-kelok,jalan mulus dan jalan rusak, naik turun  gunung, sawah, tambak, pinggir pantai, suasana pedesaan, dan kota-kota kecil kecamatan.

Meskipun terasa sesak di dalam mobil Mitsubishi Colt ini karena bertiga namun tetap saja dibawa enjoy karena beberapa kabupaten kota akan dilewati, sering kami beristirahat sejenak untuk merenggangkan kaki di SPBU Pertamina sekalian memberi minum juga buat Si Biru, atau sejenak singgah di Mushallah atau  di Masjid untuk mengeluarkan isi dikandung kemih karena selang sudah serasa mau pecah dan sekaligus menunaikan kewajiban bila waktu shalat sudah masuk.

Dalam perjalanan trip ini sebagai musafir kami singgah diwarung-warung persinggahan untuk mengisi perut biar stamina kembali pulih kadang dibarengi dengan tidur sejenak karena rasa kantuk yang sudah sangat menggangu meskipun sudah dilawan dengan segelas kopi, dan itulah sekelumit perjalanan safar kami yang kami rasa sangat menikmati.

Namun dibalik itu ada juga pengalaman pahit yang saya saksikan karena baru kali pertama saya menumpangi mobil Pick Up keluar kota dengan perjalanan yang sungguh sangat jauh menurutku, yaitu adanya setoran-setoran uang di Pos-pos Polisi atau di Pos-pos DLLAJR, mulai dari lepas kota Makassar hingga Poso Sulawesi Tengah, dan itu tidak sedikit kabupaten untuk sampai di Poso bahkan dalam satu Kabupaten tiap kecamatan kadang ada Pos-pos itu, dan tak jarang saya menyaksikan posnya hanya kursi dan payung.

Di dashboard mobil sengaja teman saya menggulung-gulung kecil uang lima ribu dan uang dua ribu yang ditukar sebelumnya di Pom-pom bensin atau di warung-warung yang teman saya mengistilahkannya Goceng dan Noceng yang katanya kalau Polisi diberi Goceng (Lima Ribu Rupiah) dan kalau yang berpakaian biru itu yang tertulis didadanya Dishub di beri Noceng (Dua Ribu Rupiah), kadang Polisi dan DLLAJ ini sudah berdiri ditengah jalan menjemput sendiri setorannya kadang pula teman saya yang sopir turun mengantarkannya di posnya.

Ada beberapa pos yang kami lewati begitu saja karena mungkin indra penciuman lagi tidak berfungsi saat itu, karena di pos yang lain kadang kami masih jauh tongkat ajaibnya yang menyala merah itu sudah memberi  isyarat untuk menepi, bahkan bila kami lewat sedikit kami diperdengarkan suara sempritannya yang lebih nyaring dari sempritan wasit sepakbola yang ada di stadion Stamford Bridge kala laga liga Champions Chelsea vs Barcelona, Hehehehe.

Dan yang paling seru adalah ketika Sweeping gabungan, razia kolaborasi antara Polisi dan DLLAJR ini di daerah Belopa kami ketahan di mintai surat-surat termasuk KIR pergilah kawan kami disana dan saya hanya menyaksikan dari jauh para sopir-sopir yang mobilnya ditahan memang mengarah ketenda dibawah pohon sana, dari kejauhan teman kami jalan menghampiri kami dengan muka kecut mengatakan buku KIR ditahan karena tidak ada surat izin melintas, dan surat izin melintas itu berharga 250 ribu rupiah untuk durasi satu tahun, lalu kawan kami mencoba untuk bernegosiasi untuk diberi saja surat izin melintas untuk sekali jalan, namun petugas tak memberikannya dan terpaksa kami pun jalan tanpa surat KIR itu karena sudah di tahan petugas disana.

Dan apesnya di daerah Palopo ternyata ada Sweeping/razia serupa seperti daerah tetangganya tadi dari kejauhan kami melihatnya sejenak kami menepi dan bertanya kepada orang sekitar dan ditunjukilah kami jalur kampung untuk menghindari razia itu melewati samping pematang sawah dikampung dengan jalan sempit dan rusak dan kadang kami berbagi jalan dengan sapi yang melintas, dengan mengurut dada akhirnya kami lolos dari pos yang akan menggorogoti kantong kami itu.

Daerah Tomuni/Mangkutana juga masih ada pos-pos yang masih mengincar duit Goceng dan Noceng di dashboard kami hingga batas propinsi Sul-Sel dan Sulteng ada pos pemeriksaan dibatas dengan palang identitas diperiksa barang bawaan ditanya, pikirku mudah-mudahan polisi ini tidak soudzon jangan sampai mereka berpikir kami ini akan membawakan logistiknya Santoso yang teroris itu yang sedang di buru saat ini dalam operasi Tinombala.

Mendekati Poso Kota lagi-lagi tongkat ajaib merah itu menghentikan kami di pos singgasananya, pertanyaan serupa KIR, izin melintas, karena KIR sudah ditahan di Belopa kami tak dapat menunjukkanya akhirnya kami lari meninggalkannya yang menurut pengakuan teman saya yang sopir katanya kita sempat dikejar dan akhirnya sembunyi dipekarangan gelap rumah orang dan untungnya orangnya baik dan mengerti keadaan kami, hingga akhirnya beristirahat di Kota poso karena malam sudah mulai larut, dan Kota ini pulalah kota perpisahan kami saya berangkat ke palu dengan kendaraan umum sementara teman saya masih akan melanjutkan perjalanan lagi hingga Gorontalo.

Di penginapan kami sempat bercerita bercanda sebelum tertidur tentang perjalanan kami ini, namun saya sempat mengatakan untuk menjalankan bisnis dengan menggunakan moda transportasi seperti ini baik Pick Up maupun Truck dan lainnya akan selalu ada biaya tambahan bahkan biaya tak terduga dan pembengkakan biaya karena keluarnya perkiraan estimasi biaya-biaya dan saya yakin tidak semua duit itu legal masuk kas Negara karena kebanyakan Pos-pos tidak ada tanda terima karcis retribusinya dan sebagai contoh saat ini musim durian dan kalau daerah seperti di Tentena tadi atau sekitar Luwu durian murah meriah bahkan bisa dapat 10.000 dapat tiga buah dan bila sampai di Makassar harganya bisa 20.000 sebiji to’ karena pikirku salah satu faktornya selain biaya bahan bakar dan komsumsi sopir yaitu tadi biaya pemalak berseragam, Hehehehe...

Acchi 11 : 46 AM