Rabu petang kemarin bertiga
dengan kawan memulai perjalanan yang sudah pasti akan melelahkan karena akan
melintasi beberapa kabupaten bahkan sampai menyeberang ke Propinsi tetangga,
dengan menggunakan mobil pick up berwarna biru dengan muatan stereofoam atau
orang biasa menyebutnya gabus, stereofoam atau gabus ini akan di gunakan untuk
keperluan perikanan baik sebagai wadah tamping maupun sebagai pelampung rumpon ditengah-tengah
laut karena bentuknya besar-besar ada yang berbentuk memanjang seperti springbad
dan ada juga seperti drum bulat.
Setelah berdoa dan bertawakkal
untuk dimudahkan perjalanan ini maka di mulailah trip ini dengan melintasi
jalan kota Makassar kemudian masuk jalan tol biar terhindar macet dan mempersingkat
waktu, pikirku kini kami akan meninggalkan hiruk pikuk kota dan akan menyaksikan
diperjalanan jalan berkelok-kelok,jalan mulus dan jalan rusak, naik turun gunung, sawah, tambak, pinggir pantai, suasana
pedesaan, dan kota-kota kecil kecamatan.
Meskipun terasa sesak di dalam
mobil Mitsubishi Colt ini karena bertiga namun tetap saja dibawa enjoy karena beberapa
kabupaten kota akan dilewati, sering kami beristirahat sejenak untuk
merenggangkan kaki di SPBU Pertamina sekalian memberi minum juga buat Si Biru, atau
sejenak singgah di Mushallah atau di
Masjid untuk mengeluarkan isi dikandung kemih karena selang sudah serasa mau pecah
dan sekaligus menunaikan kewajiban bila waktu shalat sudah masuk.
Dalam perjalanan trip ini sebagai
musafir kami singgah diwarung-warung persinggahan untuk mengisi perut biar
stamina kembali pulih kadang dibarengi dengan tidur sejenak karena rasa kantuk
yang sudah sangat menggangu meskipun sudah dilawan dengan segelas kopi, dan
itulah sekelumit perjalanan safar kami yang kami rasa sangat menikmati.
Namun dibalik itu ada juga pengalaman
pahit yang saya saksikan karena baru kali pertama saya menumpangi mobil Pick Up
keluar kota dengan perjalanan yang sungguh sangat jauh menurutku, yaitu adanya
setoran-setoran uang di Pos-pos Polisi atau di Pos-pos DLLAJR, mulai dari lepas
kota Makassar hingga Poso Sulawesi Tengah, dan itu tidak sedikit kabupaten
untuk sampai di Poso bahkan dalam satu Kabupaten tiap kecamatan kadang ada Pos-pos
itu, dan tak jarang saya menyaksikan posnya hanya kursi dan payung.
Di dashboard mobil sengaja teman
saya menggulung-gulung kecil uang lima ribu dan uang dua ribu yang ditukar
sebelumnya di Pom-pom bensin atau di warung-warung yang teman saya mengistilahkannya
Goceng dan Noceng yang katanya kalau Polisi diberi Goceng (Lima Ribu Rupiah)
dan kalau yang berpakaian biru itu yang tertulis didadanya Dishub di beri
Noceng (Dua Ribu Rupiah), kadang Polisi dan DLLAJ ini sudah berdiri ditengah
jalan menjemput sendiri setorannya kadang pula teman saya yang sopir turun
mengantarkannya di posnya.
Ada beberapa pos yang kami lewati
begitu saja karena mungkin indra penciuman lagi tidak berfungsi saat itu,
karena di pos yang lain kadang kami masih jauh tongkat ajaibnya yang menyala
merah itu sudah memberi isyarat untuk
menepi, bahkan bila kami lewat sedikit kami diperdengarkan suara sempritannya
yang lebih nyaring dari sempritan wasit sepakbola yang ada di stadion Stamford
Bridge kala laga liga Champions Chelsea vs Barcelona, Hehehehe.
Dan yang paling seru adalah
ketika Sweeping gabungan, razia kolaborasi antara Polisi dan DLLAJR ini di
daerah Belopa kami ketahan di mintai surat-surat termasuk KIR pergilah kawan
kami disana dan saya hanya menyaksikan dari jauh para sopir-sopir yang mobilnya
ditahan memang mengarah ketenda dibawah pohon sana, dari kejauhan teman kami
jalan menghampiri kami dengan muka kecut mengatakan buku KIR ditahan karena
tidak ada surat izin melintas, dan surat izin melintas itu berharga 250 ribu rupiah
untuk durasi satu tahun, lalu kawan kami mencoba untuk bernegosiasi untuk
diberi saja surat izin melintas untuk sekali jalan, namun petugas tak
memberikannya dan terpaksa kami pun jalan tanpa surat KIR itu karena sudah di
tahan petugas disana.
Dan apesnya di daerah Palopo ternyata
ada Sweeping/razia serupa seperti daerah tetangganya tadi dari kejauhan kami
melihatnya sejenak kami menepi dan bertanya kepada orang sekitar dan
ditunjukilah kami jalur kampung untuk menghindari razia itu melewati samping pematang
sawah dikampung dengan jalan sempit dan rusak dan kadang kami berbagi jalan
dengan sapi yang melintas, dengan mengurut dada akhirnya kami lolos dari pos
yang akan menggorogoti kantong kami itu.
Daerah Tomuni/Mangkutana juga
masih ada pos-pos yang masih mengincar duit Goceng dan Noceng di dashboard kami
hingga batas propinsi Sul-Sel dan Sulteng ada pos pemeriksaan dibatas dengan palang
identitas diperiksa barang bawaan ditanya, pikirku mudah-mudahan polisi ini
tidak soudzon jangan sampai mereka berpikir kami ini akan membawakan logistiknya
Santoso yang teroris itu yang sedang di buru saat ini dalam operasi Tinombala.
Mendekati Poso Kota lagi-lagi
tongkat ajaib merah itu menghentikan kami di pos singgasananya, pertanyaan serupa
KIR, izin melintas, karena KIR sudah ditahan di Belopa kami tak dapat
menunjukkanya akhirnya kami lari meninggalkannya yang menurut pengakuan teman
saya yang sopir katanya kita sempat dikejar dan akhirnya sembunyi dipekarangan
gelap rumah orang dan untungnya orangnya baik dan mengerti keadaan kami, hingga
akhirnya beristirahat di Kota poso karena malam sudah mulai larut, dan Kota ini
pulalah kota perpisahan kami saya berangkat ke palu dengan kendaraan umum
sementara teman saya masih akan melanjutkan perjalanan lagi hingga Gorontalo.
Di penginapan kami sempat
bercerita bercanda sebelum tertidur tentang perjalanan kami ini, namun saya sempat
mengatakan untuk menjalankan bisnis dengan menggunakan moda transportasi seperti
ini baik Pick Up maupun Truck dan lainnya akan selalu ada biaya tambahan bahkan
biaya tak terduga dan pembengkakan biaya karena keluarnya perkiraan estimasi
biaya-biaya dan saya yakin tidak semua duit itu legal masuk kas Negara karena
kebanyakan Pos-pos tidak ada tanda terima karcis retribusinya dan sebagai
contoh saat ini musim durian dan kalau daerah seperti di Tentena tadi atau
sekitar Luwu durian murah meriah bahkan bisa dapat 10.000 dapat tiga buah dan
bila sampai di Makassar harganya bisa 20.000 sebiji to’ karena pikirku salah
satu faktornya selain biaya bahan bakar dan komsumsi sopir yaitu tadi biaya pemalak berseragam, Hehehehe...
Acchi 11 : 46 AM