Asri Salam ( Acchi )

Tuesday, 23 February 2016

Busway Makassar (Special Edition) Pengalaman Pertama Menumpang BRT



BRT (Bus Rapid Transit) yang jalan beriringan 
Akhirnya sempat juga menggunakan Buswaynya Makassar,setelah beberapa bulan terkhir baru beroperasi namun Bus disini tidak memiliki jalur sendiri seperti Busway di Jakarta, Bus ini berjalan diatas jalan yang sama dengan kendaraan yang lain yang membedakan hanya jalur yang bercat merah yang berarti jalur untuk BRT.

Dan kemarin itulah waktu baru pulang dari luar kota dan mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, saat berjalan keluar dari pintu kedatangan sambil berpikir kira-kira mau naik apa yah pulang kerumah..? Sebab di bandara Makassar ini banyak sekali pilihan kendaraan umum baik yang resmi maupun yang numpang cari makan dari hasil mengantar penumpang mulai dari taksi resmi yang dikelola Koperasi Bandara sampai Ojek Motor pun ada.

Namun dari kejauhan telihat bus panjang berwarna biru tapi sayang setelah saya hampiri dan dekati ternyata busnya sudah berjalan dan bus inilah di sebut BRT (Bus Rapid Transit), karena sudah niat ingin naik BRT terpaksa menyewa tukang ojek yang sudah dari tadi mengikuti saya, setelah tawar menawar harga untuk diantar sampai diluar di Halte dekat simpang lima.

Pak Sopir
Tak lama kemudian tidak sampai lima menit BRTnya datang saya pun segera naik dan ternyata hanya saya sendiri menjadi penumpang di atas Bus itu dengan segera kududuk didepan didekat Pak sopir biar bisa bercakap-cakap, sudah beberapa halte yang terlewati namun belum juga ada penumpang lain yang naik.

Memang begini pak kondisi penumpangnya..? Tanya saya pada Pak sopir, dijawabnya tidak juga karena dari tadi penumpang ramai, Bus yang berbiaya cukup murah ini karena hanya membayar tiket lima ribu rupiah saya sudah bisa sampai pada titik akhir untuk koridor tiga di Mall Panakukang.

Tiket BRT
Banyak hal yang saya tanyakan pada Pak sopir yang katanya sudah 22 Tahun menjadi sopir Bus Damri semenjak zaman Bus bertingkat kandang puyuh yang orang Makassar mengistilahkannya itu dan sampai  saat ini yang berevolusi menjadi BRT Mamminasata, moda transportasi ini beroperasi dari pukul tujuh pagi sampai pukul tujuh malam ini bisa berjalan enam kali pulang pergi khusus koridor tiga dari Mall panakukang sampai simpang lima bandara kemudian pulang di kandangnya (pool) disekitar daerah Daya.

Pak Sopir Menghitung Setoran 
Berselang beberapa saat kemudian BRT ini sudah memasuki daerah langganan macet di sekitar MTOS karena ada pengerjaan pelebaran jembatan Tello yang tak kunjung tuntas, selepas dari itu BRT bermerek Hino ini terus melaju namun lagi-lagi dihadang macet di sekitar depan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan karena banjir yang terus berulang disetiap musim hujan  dan tak kunjung surut karena drainase yang sangat buruk.

BRT yang mengkomsumsi solar sekitar 35 – 40 liter sehari ini terus melaju hingga jalan pettarani saya masih berdua saja dengan pak sopir setelah menembus macet dan banjir , saya sudah mulai memperhatikan sekitar dalam Bus yang saya tumpangi ini dan beberapa kali sempat mengambil gambar sudut-sudut BRT dan masih sangat disayangkan karena masih adanya sampah yang berserakan, karena mungkin tidak adanya fasilitas tempat sampah yang disediakan didalamnya.

Sampah
Selain di sediakan tempat duduk juga tersedia  fasilitas khusus prioritas untuk penumpang disabilitas dan juga tempat berdiri bila kondisi dalam keadaan padat, BRT ini juga tersedia fasilitas Wifi Gratis namun sayang kemarin Smartphone saya tidak bisa terkoneksi dengan Wifi BRT yang saya tumpangi ini.

Dan tak lama kemudian sampailah saya pada titik akhir untuk koridor tiga ini dengan menempuh waktu kurang lebih hampir satu jam, kemudian melanjutkan pada BRT yang lain yang mengarungi jalan dari Mall ke Mall, karena rumah dekat Mall Ratu Indah saya menumpangi BRT Koridor Dua dan turun di Mall Ratu Indah dengan waktu tempuh yang tidak terlalu lama karena tidak ada macet yang menghadang, kali ini BRT yang saya tumpangi ini penumpangnya cukup banyak kemudian fasilitas tempat sampahnya ada meskipun  seadanya dari kaleng cat 20Kg, soal Wifi lagi-lagi tidak bisa terkoneksi.

Acchijie
Kursi Prioritas Untuk Disabilitas
Dan itulah pengalaman pertama menumpang moda transportasi dari rainkarnasi Bus Damri ini hehehehe, menurut saya BRT ini untuk sementara hanya boleh ditumpangi dalam keadaan tidak terburu-buru alias jalan santai  karena mengingat durasi waktu tempuh yang masih tidak menentu dan kedepannya mudah - mudahan bisa terus berbenah seperti adanya waktu yang tepat, Wifi dan tempat sampah juga patut menjadi perhatian, sosialisasi yang terus di galakkan biar masyarakat lebih banyak lagi yang tertarik untuk menumpang.


Acchi  06 : 46 AM