Gombara |
Setelah beberapa edisi tulisan yang terangkai dari buah ingatan yang
masih melekat ataupun yang memang sudah diluar kepala maka kali ini alangkah
baiknya bila menuliskan kisah di penjara suci itu dari sisi yang lain sebab
bisa melengkapi kisah-kisah lain terdahulu namun kali ini kisah mistis atau
horor yang tidak lengkap rasanya kalau tidak menuliskan kisah horor-horornya juga
yang pernah kualami.
Kala itu di Asrama Jenderal
Sudirman (Jen-Sud) santri baru berkumpul dalam satu asrama yang penuh sesak
karena santri pada waktu itu sedang banyak-banyaknya bangsal panjang alias Panggung
jadi over kapasitas kasur ditumpuk dua bahkan bisa lebih lalu tidur berdua
dengan teman-teman sebagai solusi karena tidak memungkinkan untuk satu kasur untuk
satu orang.
Di malam itu sekitar pukul
setengah satu tetangga kasurku atau tetangga kelambuku (Wa****i) kesurupan dan
menyeberang kekelambuku menutupi wajahku dengan bantal sehingga membuatku susah
untuk bernafas, dalam keadaan tertidur pulas diperlakukan seperti itu sontak
menjadi kaget, linglung namun sekuat tenaga kulakukan untuk melepaskan diri
dari jeratan bantal itu setelah terlepas Ia menatapku dengan tatapan sangat
tajam matanya mengarah keatas, sontak kumelompat keluar tali kelambu putus.
Pengurus dan para ketua kelompok yang belum tidur saat itu kaget menyaksikan
saya melompat keluar dari kelambu sehingga penuh spontanitas berlari kearahku
lalu kukatakan Wa****i kesurupan, kemudian pengurus dan ketua kelompok ini
mencoba memegang Wa****i sekuat tenaga namun masih juga terlepas dan yang lain memanggil Ustadz selang beberapa
saat kemudian setelah hampir menjadi malam yang panjang kondisinya sudah pulih
dan tenang sehingga kembali tertidur dan untungnya kejadian itu tidak
membangungkan penghuni satu asrama, namun kejadian kesurupan Si Wa****I seperti
terus berulang dimalam-malam selanjutnya hingga akhirnya Ia keluar/resign dari pondok
dalam hitungan hari bersama sepupunya Ri*** To*****i.
*******
Sementara kejadian yang kedua
kala itu saya sedang Piket dengan pakain kebesaran piket pramuka dan kisah masih
di asrama Jen-Sud dan saya sudah lupa siapa partner saya kala itu, waktu itu
masuk waktu shalat Isya penghuni asrama sedang kemasjid ba’da mufradat,
sementara saya tinggal sendiri di asrama dan partner saya kala itu kedapur
mengambil air panas.
Tinggalah saya sendiri di asrama
duduk termenung didepan lemari hijauku sambil menghadap kearah timur atau
kearah panggung sebelah, entah kenapa penglihatan saya seperti melihat betis sepotong
di sepatu yang hanya sebelah kanan itu di bawah panggung, rasa takutku muncul
bulu kuduk sudah merinding namun rasa penasaranku juga tak terbendung dengan perlahan
kumaju melangkah dalam bahasa gombaranya step by step dengan lutut yang sudah
gemetar kaki seperti kesemutan mendekati arah sepatu itu dipanggung sebelah,
makin kumendekat betis itu makin nampak bahkan bulu-bulunya juga terlihat jelas
dan sesampainya saya disebelah untuk merabanya ternyata tidak ada betis yang ada hanya sepatu sebelah
kanan spontan saya mengambil langkah seribu lari keluar asrama melalui pintu
selatanya dan berdiri didepan Kiosphone dari jauh mengawasi asrama sambil
menunggu teman-teman pulang shalat Isya.
Tidak banyak teman yang saya
ceritakan akan kejadian ini karena saya masih mengira diri saya berhalusinasi
dalam kesendirianku saat itu, namun itu takkan bisa saya lupakan hingga saat
ini.
*******
Namun disana sudah menjadi cerita
turun-temurun yang bisa jadi kisah yang horor-horor itu memang layak atau bisa
dipertanggung jawabkan ataukah bisa jadi hanya sugesti atau hanya kisah yang penuh
improvisasi bahkan mungkin bisa jadi hanya mitos belaka.
Namun juga tidak bisa dipungkiri
karena kejadian seperti itu tidak sedikit yang mengalami bahkan yang
menyaksikan juga cukup banyak seperti ada yang melihat ada yang mendengar
terutama di Asrama Jen-Sud beberapa penghuni pernah mendengar suara kuda
berlari, suara hentakan sepatu yang seperti melangkah, dan keesokan harinya
yang mendengar atau yang menyaksikan itu mengatakan saya tidak bermimpi atau
mengigau.
Begitupula terkadang ada yang
sedang dalam tertidur dengan mata terpejam berjalan kearah Gedung “N” terutama mengarah
ke pohon Coppeng, ataukah jalan keluar
di pohon Coppeng yang disamping Jembatan yang sering terjadi kecelakaan itu.
Dan kisah-kisah horror lain seperti
didekat antara Asrama Mujahidin dan Asrama KH. A Dahlan yang mengarah kekolam
belakang yang sekitaran pohon bambu, samping Asrama Mas Mansyur juga tak
meninggalkan cerita, hingga cerita-cerita yang pernah di dengar tentang adanya
suara-suara aneh didekat Sumur Wakaf,
dan Asrama Hasan Albanna kolam belakangnya seperti ada yang mandi padahal bila
diintip tidak ada orang, Hihihihihihihi….
Acchi 05 : 56 PM
Secuil Kenangan Lain di Gombara Baca Juga
Di Sini :