Asri Salam ( Acchi )

Saturday, 13 February 2016

Suatu Ketika di Sekolah Berasrama Gombara Part 16 ( Cerita Horor Penjara Suci )

Gombara

Setelah beberapa edisi  tulisan yang terangkai dari buah ingatan yang masih melekat ataupun yang memang sudah diluar kepala maka kali ini alangkah baiknya bila menuliskan kisah di penjara suci itu dari sisi yang lain sebab bisa melengkapi kisah-kisah lain terdahulu namun kali ini kisah mistis atau horor yang tidak lengkap rasanya kalau tidak menuliskan kisah horor-horornya juga yang pernah kualami.

Kala itu di Asrama Jenderal Sudirman (Jen-Sud) santri baru berkumpul dalam satu asrama yang penuh sesak karena santri pada waktu itu sedang banyak-banyaknya bangsal panjang alias Panggung jadi over kapasitas kasur ditumpuk dua bahkan bisa lebih lalu tidur berdua dengan teman-teman sebagai solusi karena tidak memungkinkan untuk satu kasur untuk satu orang.

Di malam itu sekitar pukul setengah satu tetangga kasurku atau tetangga kelambuku (Wa****i) kesurupan dan menyeberang kekelambuku menutupi wajahku dengan bantal sehingga membuatku susah untuk bernafas, dalam keadaan tertidur pulas diperlakukan seperti itu sontak menjadi kaget, linglung namun sekuat tenaga kulakukan untuk melepaskan diri dari jeratan bantal itu setelah terlepas Ia menatapku dengan tatapan sangat tajam matanya mengarah keatas, sontak kumelompat keluar tali kelambu putus.

Pengurus dan para ketua kelompok  yang belum tidur saat itu kaget menyaksikan saya melompat keluar dari kelambu sehingga penuh spontanitas berlari kearahku lalu kukatakan Wa****i kesurupan, kemudian pengurus dan ketua kelompok ini mencoba memegang Wa****i sekuat tenaga namun masih juga terlepas  dan yang lain memanggil Ustadz selang beberapa saat kemudian setelah hampir menjadi malam yang panjang kondisinya sudah pulih dan tenang sehingga kembali tertidur dan untungnya kejadian itu tidak membangungkan penghuni satu asrama, namun kejadian kesurupan Si Wa****I seperti terus berulang dimalam-malam selanjutnya hingga akhirnya Ia keluar/resign dari pondok dalam hitungan hari bersama sepupunya Ri*** To*****i.


*******


Sementara kejadian yang kedua kala itu saya sedang Piket dengan pakain kebesaran piket pramuka dan kisah masih di asrama Jen-Sud dan saya sudah lupa siapa partner saya kala itu, waktu itu masuk waktu shalat Isya penghuni asrama sedang kemasjid ba’da mufradat, sementara saya tinggal sendiri di asrama dan partner saya kala itu kedapur mengambil air panas.

Tinggalah saya sendiri di asrama duduk termenung didepan lemari hijauku sambil menghadap kearah timur atau kearah panggung sebelah, entah kenapa penglihatan saya seperti melihat betis sepotong di sepatu yang hanya sebelah kanan itu di bawah panggung, rasa takutku muncul bulu kuduk sudah merinding namun rasa penasaranku juga tak terbendung dengan perlahan kumaju melangkah dalam bahasa gombaranya step by step dengan lutut yang sudah gemetar kaki seperti kesemutan mendekati arah sepatu itu dipanggung sebelah, makin kumendekat betis itu makin nampak bahkan bulu-bulunya juga terlihat jelas dan sesampainya saya disebelah untuk merabanya ternyata  tidak ada betis yang ada hanya sepatu sebelah kanan spontan saya mengambil langkah seribu lari keluar asrama melalui pintu selatanya dan berdiri didepan Kiosphone dari jauh mengawasi asrama sambil menunggu teman-teman pulang  shalat Isya.

Tidak banyak teman yang saya ceritakan akan kejadian ini karena saya masih mengira diri saya berhalusinasi dalam kesendirianku saat itu, namun itu takkan bisa saya lupakan hingga saat ini.


*******

Namun disana sudah menjadi cerita turun-temurun yang bisa jadi kisah yang horor-horor itu memang layak atau bisa dipertanggung jawabkan ataukah bisa jadi hanya sugesti atau hanya kisah yang penuh improvisasi bahkan mungkin bisa jadi hanya mitos belaka.

Namun juga tidak bisa dipungkiri karena kejadian seperti itu tidak sedikit yang mengalami bahkan yang menyaksikan juga cukup banyak seperti ada yang melihat ada yang mendengar terutama di Asrama Jen-Sud beberapa penghuni pernah mendengar suara kuda berlari, suara hentakan sepatu yang seperti melangkah, dan keesokan harinya yang mendengar atau yang menyaksikan itu mengatakan saya tidak bermimpi atau mengigau.

Begitupula terkadang ada yang sedang dalam tertidur dengan mata terpejam berjalan kearah Gedung “N” terutama mengarah ke pohon  Coppeng, ataukah jalan keluar di pohon Coppeng yang disamping Jembatan yang sering terjadi kecelakaan itu.

Dan kisah-kisah horror lain seperti didekat antara Asrama Mujahidin dan Asrama KH. A Dahlan yang mengarah kekolam belakang yang sekitaran pohon bambu, samping Asrama Mas Mansyur juga tak meninggalkan cerita, hingga cerita-cerita yang pernah di dengar tentang adanya suara-suara aneh didekat Sumur Wakaf, dan Asrama Hasan Albanna kolam belakangnya seperti ada yang mandi padahal bila diintip tidak ada orang, Hihihihihihihi….


Acchi 05 : 56 PM

Secuil Kenangan Lain di Gombara Baca Juga Di Sini :
2.     Pergeseran Tradisi