Assalamu Alaikum Selamat Datang Di Blog Kami
Selalu Siap Menerima Kritik Dan Saran Atas Tulisan Dan Konten Di Blog Sederhana Ini...

Thursday, 23 October 2025

Hari Santri 2025


Kemarin hari santri yang kesekian, semenjak di beri ketetapan sejak 2015 lalu, namun pada intinya, hari santri diperingati berdasarkan nilai histori dari resolusi jihad pada zaman awal kemerdekaan dulu.

Pesantren dan santri itu ada beberapa macam, tergantung ormas, manhaj, dan kiyainya sendiri, ada pula secara kelembagaan, ada yang berbentuk yayasan, bahkan ada kepemilikan secara personal pribadi.

Unek-unek pernah nyantri, kalau diflasback kebelakang, masih menyimpan banyak kenangan dan memori yang masih terekam dengan baik, rutinitas harian sampai kegiatan kolektif secara umum dan ritual spiritual, namun pada intinya lebih banyak kegiatan berjamaahnya secara massal dibanding kegiatan individual, terkadang urusan perkara sunnah bisa jadi wajib dalam dunia pondok, kecuali urusan personal yang menyangkut hajat nafsi-nafsi.

Suatu ketika saya pulang liburan Ramadhan, pengurus Mushallah dekat rumah memberi saya kesempatan untuk membawakan kultum shubuh, satu dua kali saya masih sanggupi, sampai pada waktu dan moment tertentu saya angkat tangan juga, karena sampai pernah mau disuruh setiap ada ustadz yang berhalangan hadir, saya disuruh jadi naib atau pengganti.

Sampai akhirnya berterus teranglah saya, bahwa saya ini juga masih belajar berproses, yang saya sampaikan itu dari latihan muhadharah di pondok, untuk bahan ceramah, narasi, beserta dalilnya masih sangat terbatas, apalagi saya bukan tipe yang gampang menghafal ayat maupun hadist, bahkan saya masih ingat betul, saya lebih sering kena hukuman karena lambat bahkan lalai dalam hafalan, ketika ada kawan saya yang sudah hafal surah yasin, as-sajadah, al-kahfi, al-waqiah, Ar-rahmaan, dst... sementara saya belum tuntas di surah An-Nabaa juz amma. 😅

Saya juga sampaikan bahwa saat sudah Aliyah/SMA, saya jurusan IPA di pondok, pengurus Mushallah yang saya temani ngobrol, sampai kaget juga dan berkata, " kenapa tidak sekolah diluar saja kalau cuma ambil jurusan IPA,?".

Saya jawab bedanya jurusan IPA diluar dan di pesantren itu, disana kami belajar IPA tapi juga mengkaji Quran Hadist dan tafsirnya, kami belajar Biologi sampai praktikum di laboratorium, tapi kami juga belajar kaedah Fiqih dan Ushul Fiqih, disana santri belajar Kimia tapi mata pelajaran selanjutnya bisa pelajaran Aqidah Akhlak, kami belajar Fisika tapi bersanding dengan pelajaran yang tidak pernah didengar disekolah umum, seperti Nahwu, Sharaf, Imla, Mahfudzat, Balaghah, dan lain sebagainya. Belum lagi kegiatan diluar jam sekolah seperti menambah perbendaharaan kosakata Mufradat/Vocabulary, biar bisa speaking atau natakallam billugatul arabiyah, ada juga kegiatan public speaking dihari tertentu ba'da isya, muhadharah namanya, kegiatan ekstranya juga ada beberapa tidak saja olahraga seperti bola, basket, takraw, tenis meja, dll, tapi ada tapak suci, Hizbul Wathan/Pramuka, Latihan kepemimpinan dan pengkaderan organisasi, Bakti sosial silaturahmi santri pelajar. Dan tentu yang paling perlu tenaga ekstra, dan mentaliti yang kuat adalah selalu bersiap shalat lail/tahajjud di malam Senin Kamis dilanjutkan sahur dan berpuasa.

Pesantren kami juga tidak terlalu banyak ritual-ritual tambahan, ketika saya pernah ditanya tentang Barazanji oleh masyarakat luar, saya bilang saya tidak pernah dapat tidak pernah diajarkan, bahkan salam-salaman setelah shalat atau dzikir dan doa bersama setelah shalat, juga tidak kami lakukan, karena memang yang diajarkan dan dipraktekkan yang cuma ada tuntunannya.

Apalagi mau sampai ngesot-ngesot didepan ustadz dan Kiyai, yang kesannya terlalu mengkultuskan figur seperti tradisi feodalisme, itu tidak pernah kami dapatkan dipondok kami, meskipun itu kami tidak lakukan, tapi kami punya cara yang lebih sederhana tanpa mengurangi nilai penghormatan terhadap Kiyai dan ustadz dan guru-guru kami.

Bahkan kemarin gara-gara liputan televisi swasta yang mengungkap fakta santri ngesot-ngesot, televisinya dipaksa meminta maaf, medianya didemo, bahkan diancam secara verbal dan brutal terdengar jelas ancaman dari orasi dari orator demonstran tersebut.

Pada hakekatnya, pesantren dan santri itu adalah komunitas yang punya cara belajar dan punya visi, pondok bisa menjadi epicentrun dan santri bisa menjadi agen perubahan. Santri tidak musti menjadi Ulama, jadi ustadz, penceramah atau hafidz Qur'an, namun setidaknya menjadi santri sudah punya pondasi dan tonggak tentang ketauhidan, aqidah, akhlak dan pegangan secara keilmuan, moralitas, dan spiritualitas, untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan bisa terbawa pada aktivitas dalam dunia kerja dan profesi.

Saya sendiri punya sahabat, kawan, kakak kelas, adik letting, yang tidak saja menjadi guru agama, tapi ada yang jadi PNS, Tentara, Dokter, Dosen, Enterpreneur, Pebisnis Travel Haji Umrah,   Polisi, Politisi, Ojol, bahkan sudah ada yang bangun pesantren juga, ada yang jadi ekspaktriat diluar negeri, bahkan di kabinet Prabowo ada yang jadi Wakil Mentri. Namun tidak bisa juga dipungkiri dan dinafikan ada juga segelintir yang keluar jalur, salah arah, mungkin karena ilmu yang didapatkan sudah terkikis, akhirnya terpental pada lembah curam didunia hitam yang kelam.

Akhirul Qalam, selamat hari santri bagi yang pernah mondok.

Nun Wal_Qalami Wama Yashturun
Billahi Fii Sabilili Haq, Fastabiqul Khaerat
Nasrun Minallah Wa Fathun Qarib, Wabasysyiril Mu'minin.

Wassalamualaikum.... 
Warahmatullahi Wabarakatuh...

#HariSantri
#PernahNyantri

Acchi
09:06 AM