Assalamu Alaikum Selamat Datang Di Blog Kami
Selalu Siap Menerima Kritik Dan Saran Atas Tulisan Dan Konten Di Blog Sederhana Ini...

Saturday, 2 September 2023

Manuver Badut Politik

Tidak bisa dipungkiri Anies Baswedan itu elektabilitasnya tinggi, setiap kunjungan selalu ramai dan membludak, secara pribadinya persiapan untuk menjadi calon Presiden sudah sangat matang.

Sampai rezim kalang kabut, berbagai cara sudah ditempuh untuk menjegal, membendung, segala cara dipakai dari para petinggi dan perangkatnya, mulai dari pembegalan sampai kriminalisasi, penghapusan jejak kerja, bahkan sampai persoalan rumput JIS pun kena politisasi. BuzzeRp dan yang paling nista adalah cebong-cebongnya, yang terus mewarnai media sosial, sampai rela membayar yang bersponsor, dengan membuat narasi kebencian, edit gambar edit video, sampai merilis data-data pembodohan.


Survey-survey yang dirilis, Anies yang selalu ditempatkan di posisi paling bawah, berbanding terbalik dengan kenyataan dilapangan, apalagi survey ini selalu by order, yang dirilis sesuai pesanan, bahkan bisa jadi survey yang real selalu disembunyikan, dimana masyarakat sangat ingin perubahan, mengingat kondisi saat ini yang tidak menentu yang dirasakan dan disaksikan sendiri oleh rakyat Indonesia.


Akhirnya rezim menghadapi secara soft, yang bisa jadi dibalik pintu istana diatur bagaimana baiknya deal-dealnya. Agar nanti kontestan semua maunya Istana. Surya Paloh ketua umum Nasdem yang ikut tersandera, bisnisnya diganggu, kadernya dicokok, ibarat bermain domino, istilahnya dikandang paksa, biar tidak makin meringis karena terus tertekan, bisa-bisa cambang luntur kalau terus kena presure.


Sementara Demokrat yang dari awal berambisi menjadi calon wakil Presiden, kecewa merasa terkhianati karena manuver Surya Paloh yang diam-diam tanpa izin ke Koalisinya mengambil keputusan seperti itu.


Politik memang dinamis, bahkan dimenit injury time masih bisa berubah, Sementara Ganjar yang diusung PDIP meskipun selalu diurutan No 1 atau 2 bila disurvey, adalah kartu mati, makanya banyak partai yang meninggalkan PDIP untuk sementara ini.


Lalu bagaimana dengan kubu Prabowo, meskipun kubu ini untuk saat ini paling mendominasi secara akumulatif suara partai, tetap juga masih kalang kabut, masih menunggu ketok palu MK, kalau si Gibran anak sulung Jokowi bisa ikut kontestasi, karena kubu ini paling ngotot memasangkan yang sudah udzur dan belia.


Kubu Anies pun demikian masih bisa terjungkal, karena siapa tahu desaign Surya Paloh dan Istana bisa jadi jebakan, bisa jadi menggali lobang biar terperosok, dan gagal mentas karena Cak Imin yang digadang-gadang jadi cawapres tersandera dengan kasus masa lalu.


Namun menurut saya adalah ketololan partai-partai ini, ketika mereka mau bijak bersama-sama menolak Presidential Threshold  20% itu, maka masing-masing partai bisa mengusung kandidat sendiri, tanpa perlu drama-drama seperti ini, tanpa perlu saling sandera dan menghianati, tanpa perlu transaksi yang rumit demi ambisi jabatan.


Namun pada intinya jangan sampai dua calon saja seperti kemarin-kemarin, karena bila itu terjadi, yang menang tetap oligarki sebagai cukongnya, kalau kontestasi diikuti 3 atau 4 pasang, Cukong-cukong bisa puyeng juga kalau mau main beberapa kaki.


Sementara kita-kita ini rakyat biasa, dipaksa disajikan orkestra oleh badut-badut politik, drama-drama mereka, setelah gawean berakhir terjadi polarisasi antara anak bangsa.


Mereka-mereka yang jadi pemenang, akan berbagi lahan tambang, lahan hutan, lahan proyek, berbagi jabatan, sementara kita sebagai rakyat biasa kebagian harga-harga meroket, kebutuhan dasar yang harusnya disubsidi malah dicabut.


Kedepan menarik menunggu sampai last minute apa yang terjadi, kalau asyik menurutku saya akan ikut mencoblos seperti 2019 kemarin, tapi kalau menurutku tidak asyik, kembali akan jadi Golputers seperti sebelum-sebelumnya. 🤪😅🤣


Acchi

09:16 PM