Ironi di Negeri ini tentang wajah berkulit badak, muka tembok atau bahasa sininya "kapala' rupa" sangat mudah ditemukan dan mereka ini bagian dari spesies yang urat malunya sudah putus.
Liatlah koruptor dengan enteng tanpa perasaan bersalah sudah berbaju oranye masih bisa tersenyum sumringah sambil ngacungkan jempol dan simbol peace bahkan sampai dada-dada.
Pelaku pelecehan, pedofil, pemerkosaan dan kriminal lainnya terkadang masih dapat sambutan meriah pakai diliput media segala, apalagi pelakunya public figur.
Negara, perangkat hukum sekaligus penegak hukumnya terkadang masih bisa mengakali, mengkondisikan, bahkan sampai melabrak hukum itu sendiri, yang tak masuk akal pun bisa jadi, seperti karena sudah kenyang dibully makanya hukumnya diringankan, apalagi ada menyangkut persoalan cuan cuan dan cuan yang bisa bikin hijau mata, apalagi dibumbui persoalan like and dislike, digoreng dengan kubu sini ringan kubu sono cari pasalnya sampai ujung bab KUHP, dan kalau perlu buatkan pasal baru, Hehehe.
Makanya jangan heran meskipun sudah terhukum dan berbagai macam pengurangan remisi-remisi, disaat sudah bebas masih bisa dapat jabatan komisaris diperusahaan Negara, masih diberi panggung menampilkan wajah tanpa bersalah.
Hak hidup dan menghirup udara bebas, karena telah menjalani masa tahanan patut menjadi pertimbangan untuk melanjutkan hidupnya, tapi juga sebagai Negara diperlukan pengawasan agar kelakuan penyintas kebejatan ini tidak terulang kembali, agar tidak ada lagi istilah residivis kambuhan, karena bagaimana pun juga mereka butuh makan untuk melanjutkan hidup, persoalan caranya itulah tugas kalian yang digaji untuk berpikir mencari solusi, tapi solusinya jangan dijadikan komisaris dan diberi panggung, kasihan perasaan duka lara rakyat dan orang-orang yang pernah tersakiti.
Eh… satu lagi dari golongan "Kapala Rupa" orang yang pinjam duit yang galaknya minta ampun kalau ditagih dan lupa model wajah memelasnya sendiri disaat mau ngutang, 😀😂😎.
Acchi
03:06 PM