Kisruh persoalan ibadah haji ini adalah coreng bagi negara berpenduduk muslim terbesar didunia. Kalau tahun kemarin mungkin masih ada pemakluman karena corona masih fresh-freshnya.
Penanganan persoalan ibadah haji ini diperlukan kejujuran, bukan membangun narasi untuk menutupi ketidakmampuan, bahkan statmen dari pribadinya sendiri tumpang tindih, bertolak belakang, rabu omonganya begini besoknya ngomong lain.
Sementara pihak kedubes juga ikut membantah persoalan kuota ini, bahkan negeri tetangga malah dapat surplus kuota tambahan.
Covid dijadikan tumbal biang kerok kesalahan, corona dijadikan kambing congek menutupi ketidakmampuan dalam berdiplomasi.
Kasihan jamaah yang sudah bertahun-tahun menanti, kasihan jamaah yang rela menabung seperak dua perak, kasihan jamaah yang rela melepas sepetak kebun, empang dan sawah demi hasrat besar untuk beribadah kebaitullah. Belum lagi daftar tunggu yang sampai berpuluh tahun. Ibarat Penantian yang berpacu dengan usia.
Mumpung masih bulan syawal masih ada sedikit waktu, mungkin sudah saatnya tokoh muslim berpengaruh nomor sekian-sekian itu maju melobi bila cara soft tak mungkin bisa dipakai cara radikal radikul, infrastrukturnya pakai tol langit sepertinya memungkinkan, siapa tahu negeri yang sering kena stigma wahabi bisa luluh, apalagi kemarin menkosaurus sepertinya kemarin lobinya gagal.
Acchi
11:16 PM