Ribut-ribut soal hari ulang tahun PKI yang ke 100, tiba-tiba saya teringat Ibu saya pernah cerita bahwa tantenya pernah ditangkap rezim orde baru karena dicurigai simpatisan PKI, namun setelah tiga malam diinterogasi aparat dia dilepas karena tidak terindikasi dan terbukti PKI. Setelah dia keluar dari sel, tantenya ibu saya bercerita pada keluarganya bahwa memang dia pernah ditawari formulir untuk menjadi "Gerwani" ormas wanita sayap PKI, tapi dia tidak ikut mengisi apalagi membubuhkan tanda tangan, dan mungkin gara-gara itu saya dikira bagian dari itu begitu tuturnya pada keluarganya.
Cerita diatas mengindikasikan bahwa dulu pasca tragedi berdarah 1965 disaat pembersihan sisa-sisa PKI pasca pembubaran, banyak orang yang dikira, dicurigai, bahkan terindikasi PKI yang ditangkap, dan ini juga cerminan bahwa PKI sebelum tragedi 1965 memang masif merekrut dan mengkader anggota.
Karena kejadian itu patut diduga bahwa dulu banyak yang terindikasi PKI karena ketidaktahuan semata, ada yang karena ikut-ikutan dan gaya-gayaan belaka. Tentu beda dengan yang ada saat ini baik yang keturunan maupun simpatisan mereka terus belajar, punya referensi rajin membaca buku dan artikel, bahkan punya tokoh-tokoh idola yang sekalibar Karl Marx, Lenin, hingga Mao Zedong, tak ketinggalan dengan tokoh panutan lokal seperti Aidit, Alimin, Tan Malaka, hingga dedengkot ormas underbow Lekra Pramoedya ananta toer, dan mereka juga masih terus berusaha merecoki Tap MPRS 25/1966 yang melarang kegiatan organisasinya itu.
Komunis diatas kertas bisa bagus tapi aplikasi dalam tatanan kehidupan bernegara dan berbangsa belum tentu dan terbukti ada negara yang berpaham ini bubar. Komunis adalah ideologi usang yang tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini, beberapa negara yang memakai ideologi itu sudah runtuh bahkan yang tersisa saat ini Negara yang kakek neneknya paham Komunis ini sudah tidak full Komunis lagi, Rusia dan China contohnya sudah ada rasa dan bau-bau kapitalisnya, Korea Utara yang masih konsisten tapi susah maju karena sangat tertutup bahkan otoritarian, lalu kita yang menganut sistem demokrasi Pancasila sebagai ideologi yang sudah disepakati ini mau dibikin rasa-rasa Komunis juga?. Hehehe
Acchi
05:36 PM
Cerita diatas mengindikasikan bahwa dulu pasca tragedi berdarah 1965 disaat pembersihan sisa-sisa PKI pasca pembubaran, banyak orang yang dikira, dicurigai, bahkan terindikasi PKI yang ditangkap, dan ini juga cerminan bahwa PKI sebelum tragedi 1965 memang masif merekrut dan mengkader anggota.
Karena kejadian itu patut diduga bahwa dulu banyak yang terindikasi PKI karena ketidaktahuan semata, ada yang karena ikut-ikutan dan gaya-gayaan belaka. Tentu beda dengan yang ada saat ini baik yang keturunan maupun simpatisan mereka terus belajar, punya referensi rajin membaca buku dan artikel, bahkan punya tokoh-tokoh idola yang sekalibar Karl Marx, Lenin, hingga Mao Zedong, tak ketinggalan dengan tokoh panutan lokal seperti Aidit, Alimin, Tan Malaka, hingga dedengkot ormas underbow Lekra Pramoedya ananta toer, dan mereka juga masih terus berusaha merecoki Tap MPRS 25/1966 yang melarang kegiatan organisasinya itu.
Komunis diatas kertas bisa bagus tapi aplikasi dalam tatanan kehidupan bernegara dan berbangsa belum tentu dan terbukti ada negara yang berpaham ini bubar. Komunis adalah ideologi usang yang tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini, beberapa negara yang memakai ideologi itu sudah runtuh bahkan yang tersisa saat ini Negara yang kakek neneknya paham Komunis ini sudah tidak full Komunis lagi, Rusia dan China contohnya sudah ada rasa dan bau-bau kapitalisnya, Korea Utara yang masih konsisten tapi susah maju karena sangat tertutup bahkan otoritarian, lalu kita yang menganut sistem demokrasi Pancasila sebagai ideologi yang sudah disepakati ini mau dibikin rasa-rasa Komunis juga?. Hehehe
Acchi
05:36 PM