Lucu juga melihat di media, cara nyontek anak sekolah yang sedang ujian TKA (Test kemampuan akademik), mereka menggunakan AI untuk mendapatkan jawaban. Ini menjadi fenomena yang bertumbuh seiring berkembangnya zaman dan tekhnologi, pada hakekatnya dilarang membawa smartphone di ruang ujian, namun mereka cerdik bisa meloloskan handphonenya diruang test tersebut.
Menyontek dalam ujian sekolah sudah turun temurun, bahkan sudah jadi tradisi, kemampuan intelektual siswa diuji hanya untuk mendapatkan cara mendapatkan jawaban, sementara disisi lain ada siswa yang memang mengisi jawaban dari soal karena memang dari belajar dan dari pengetahuan yang didapat dari transfer ilmu dikelas.
Kalau zaman dulu terkadang menyontek bisa jadi lumrah, apalagi saat ujian nasional, ebtanas, ujian akhir sekolah, bahkan sistemnya bisa terstruktur demi menjaga nama baik sekolah, karena terkadang ada sekolah merasa malu, takut menjadi aib, kalau ada siswanya sampai tidak lulus, makanya supaya tidak terjadi hal seperti itu, guru pun sampai ikut membantu memberi contekan. Meskipun patut juga disyukuri karena tidak semua sekolah dan guru melakukan hal seperti itu demi menjaga integritasnya.
Makanya jangan heran efek buruk dari perbuatan culas dan curang seperti itu bisa terbawa sampai di dunia luar sekolah, bahkan sampai pada dunia kerja, bukan tidak mungkin pejabat yang terjerat hukum karena korupsi, karena menipu, markup anggaran, jual beli proyek fiktif, dan lain sebagainya, adalah karena faktor kebiasaan saat sekolah dulu.
Tapi ada yang lebih memalukan, dia bisa menjadi pejabat publik, dengan gelar palsu, seakan-akan pernah sekolah, pernah kuliah, demi validasi, demi aturan main untuk menduduki sebuah jabatan, dokumen sampai dipalsukan. Orang seperti ini kadar kepalsuanya sudah termasuk kelas expert memang. 🤣
Acchi
07:36 PM
