Sebelum Jumat tadi siang, rakyat Negeri ini disajikan dan diperdengarkan Pidato kenegaraan Presiden dalam sidang tahunan di gedung parlemen terhormat.
Banyak capaian-capaian yang diutarakan oleh Presiden yang dia banggakan, namun rasa-rasanya beberapa yang dikemukakan itu masih perlu diuji validitasnya terutama persoalan data, jangan-jangan Presiden hanya mendapatkan data yang tidak benar, mengingat realitas di lapangan sangat kontradiktif, terutama apa yang dirasakan dilihat dan dialami oleh rakyat bangsa ini.
Rakyat tidak butuh lagi angin surga, tidak perlu diajak bermimpi indah sementara fakta yang selalu didapat malah fatamorgana, Rakyat hanya berharap hidup tentram, stabilitas ekonomi, kebijakan pemerintah yang berpihak, biar geliat mencari nafkah tetap tenang, bukan malah dicekik dengan aneka macam pajak, rekening tabunganya diintai, kebutuhan dasarnya dibuat mahal dan langka.
Pekerjaan kantor dan institusi Presiden masih terlalu banyak untuk diperbaiki dan dibenahi, terutama warisan buruk oleh gerombolan Presiden sebelumnya yang terlalu rakus, sehingga baru berefek saat ini, terutama utang Negara yang bukan lagi membengkak tapi sudah menjadi tumor ganas.
Pidato yang berapi-api yang mengelegar dipodium kehormatan parlemen, bukan hanya untuk di omon-omonkan saja tapi perlu dieksekusi secara cepat dan tepat, biar perubahan itu bisa dengan segera dirasakan, contoh kasus Si Plester saja sudah dua kali hari Jumat semenjak kasus ini terungkap dipublik, belum juga masuk bui padahal sudah vonis, berkekuatan hukum dan inkraht sejak enam tahun lalu, ini adalah salah satu dari sekian banyak coreng hitam tatanan hukum di Negeri ini.
Presiden harus membersihkan benalu-benalu yang menjadi parasit, terutama dalam lingkaran terdekatnya, dan harus terus tetap waspada karena bisa jadi mereka-mereka bisa saja menghujam secara senyap.
Namun ada yang menarik juga dalam sidang tahunan tadi, baik yang pagi maupun yang saat sore hari, parlemen kembali kesetelan pabrik, anggota parlemen, kepala Negara dan tamu undangan, tak berpakaian, pakaian Karnaval lagi yang cenderung norak itu, yang seperti sebelumnya. Semoga di upacara 17 Agustus 2025 nanti pun juga demikian, cukup pakai jas, pakai kebaya demi menjaga kesakralan dan khidmatnya upacara.
Satu lagi tradisi joget-joget pun saat acara sakral negara harusnya sudah tidak ada lagi, dihapuskan saja, tapi sayang disaat gladi resik ternyata masih ada terlihat, begitupula dengan baris-berbaris paskibraka, semoga tahun depan sudah kembali kesetelan pabrik, bila tangan kanan mengayun kedepan maka harus dibarengi dengan kaki kiri juga didepan, bukan seperti saat ini atau yang sudah dua atau tiga tahun terakhir ini, yang jalannya mirip robot Parcok 3M. 😂
Acchi
08:06 PM