Kalau zaman rezim Jokowi mereka paranoid dengan coretan #2019Ganti Presiden, tagar (tanda pagar) dimedia sosial, panas dingin dengan coretan mural karikatur dengan tulisan "Kami Lapar" ditembok-tembok kota.
Kalau rezim Prabowo mulai risih dengan bendera bajak laut “One Piece” yang saat ini marak dikibarkan warga dan para sopir truk, bahkan saat ini sudah dilakukan penyisiran oleh aparat, padahal sebelumnya Gibran, pernah dengan bangganya memakai pin didadanya simbol tengkorak bertopi jerami tersebut.
Narasi pejabat, pandangan menteri, statement anggota DPR yang mengatakan simbol dan bendera one piece tersebut bisa dikategorikan makar, memecah persatuan bangsa, menganggu kedaulatan, menodai makna kemerdekaan, dll.
Mereka seakan lupa ketika kampanye, sering mereka berkata suara rakyat suara Tuhan, setelah berkuasa, rakyat yang tak bersuara, cuma mengibarkan bendera sebagai bentuk sindiran, frustasi dan kekecewaan, atas apa yang dirasakan rakyat dengan kondisi yang dialami dinegerinya sendiri saat ini. Justru malah terus mendapatkan tekanan, dibungkam, ditakuti dengan ancaman pidana, yang dari pasal yang dipaksakan.
Pejabat, mentri, anggota dewan justru harusnya sadar diri, dengan fenomena yang terjadi seperti itu, mereka digaji besar untuk memikirkan persoalan rakyat, persoalan ekonomi, berantas pengangguran, hukum yang adil, dan lain sebagainya, bukan malah balik melawan rakyat sendiri yang sedang mengekspresikan gundah gulana_nya.
Momentum 80 Tahun HUT RI, arti kata merdeka itu dirasakan, tergantung dari sudut mana dilihat dan dari arah mana dinikmati, pejabat, mentri, anggota dewan, komisaris benaran, maupun komisaris dari jalur buzzerp hasil give away, sudah pastilah mereka medeka, rekeningnya gemuk, hidupnya dibiayai Negara, dari alas kaki sampai kepala, bahkan healing dan liburannya pun dibayarkan Negara, tapi toh tetap juga nihil kontribusi.
Sementara rakyat yang masih berkutat dijalan, diladang, dilaut, cari nafkah sendiri, pakai alat sendiri, tanpa difasilitasi, tanpa koneksi, yang rutinitasnya terkadang bergantung pada matahari dan hujan, itupun dapur terkadang tidak tiap hari bisa ngebul, dimasa penceklik tidak dibantu, disaat rakyat ada untung sedikit, rakyat dipajaki tinggi, menabung untuk simpanan masa tua dan ongkos naik haji, malah tabungan bisa kena blokir, dll.
Marwah merah putih memang harus dijaga, mengibarkan bendera lain yang berdampingan dengan merah putih, anggap saja sebagai umbul-umbul yang ikut memeriahkan hari jadi Negeri, atau ikut mengibarkan bendera Palestina 🇵🇸 disamping merah putih 🇮🇩, adalah bagian bentuk solidaritas atas rakyat Palestina, yang masih terus berjuang lepas dari belenggu penjajahan Israel.
Jadi kalau ada yang mengatakan “Merdeka itu relatif “ jangan disalahkan juga, sebab terbebas dari penjajahan oleh bangsa lain bisa saja terjadi. Tapi terbebas dari tirani dan penguasa bangsa sendiri yang haus dengan validasi dan lapar tepuk tangan, itu belum tentu. 🤭
Acchi
09:06 PM