Setelah kasus minyak bahan bakar yang bikin rakyat muak karena ditipu minyak oplosan Pertamina, kini muncul lagi kasus minyak goreng, yang beberapa hari ini juga ikut menyita perhatian, “Minyak Kita” minyak subsidi pemerintah dipermasalahkan masyarakat karena isi kemasan tidak sesuai dengan yang tertera pada label.
Disamping itu harga eceran tertinggi “HET” yang telah dipatok, ternyata tidak sesuai dengan yang dibayarkan oleh masyarakat, masyarakat selalu bayar lebih dari harga HET yang Rp15.700.
Beberapa sidak dilakukan oleh menteri, bahkan ditera ulang, ternyata memang benar, isi minyak tidak sampai 1 Liter atau 1000 Mililiter, kebanyakan hanya berisi 750-800 Mililiter.
Kasus penipuan seperti ini terus berulang pada sektor-sektor subsidi, minyak goreng subsidi, yang kualitasnya sudah dibawah standar, bahkan beberapa masyarakat mengeluh soal kualitas, terutama gampang menguap, menghitam, dan kadang ditemukan seperti ada endapan, bahkan sampai dikatakan minyak ampas, dari saringan minyak-minyak bermerk.
Padahal harusnya rakyat negeri ini bisa mendapatkan minyak yang terbaik, minyak yang berkualitas, mengingat negeri ini penghasil CPO minyak sawit terbesar didunia, hutan habis dibabat, dibakar, deforestasi, diganti sawit, mengorbankan ekosistem alam, hewan tumbuhan, flora dan fauna, demi pohon-pohon sawit.
Tapi toh nyatanya yang didapat Rakyat minyak ampas, dioplos, kemudian takaran dikurangi, lalu rakyat terpaksa bayar lebih dari ketetapan harga yang telah ditentukan. Lalu ketika ini berkasus hukum pelaku culas, penipu, hanya mendapat hukuman ringan, itupun yang jadi korban adalah orang yang ditumbalkan, sementara pemain utama, big bos, pengusaha, sampai pemerintah, kementrian sebagai regulator, masih bebas, bahkan masih bisa berkelit dan kembali membuat regulasi yang membuat diri dan kelompoknya bisa lepas dari jerat hukum.
07:26 AM