Asri Salam ( Acchi )

Wednesday, 5 March 2025

Mengenang Kanda Abengkubono


Pertemuan terakhir saya dengan beliau, sekitar 3 tahun lalu, di Masjid dekat rumah di Makassar, kebetulan dia bersama kawannya lagi dapat job maintenance AC Masjid.

Kalau sebelum-sebelumnya lebih sering ketemu diacara buka puasa bersama IKAPEM saat masih rutin terlaksana tiap tahun. Dan sampai akhirnya mendapat kabar dia sakit, bahkan beberapa alumni masih sempat urunan bantu-bantu biaya pengobatan.  Dan kemarin pagi dapat kabar di WA Grup Alumni beliau telah berpulang.

Ada beberapa kenangan masih terekam baik dalam pikiranku bersama beliau, saat masih nyantri, saat itu satu asrama di JenSud, saat itu santri di gabung antara senior dan junior, jam 12 malam saya bangunkan Kanda “AbengkuBono” karena tenggorokanku tiba-tiba gatal, sementara saya tak punya air minum, dalam keadaan setengah sadar, Bono senior saya itu, menemani saya ke dapur untuk mengambil air minum, melintasi lapangan yang saat itu masih cadas dibawah sinar rembulan.

Waktu saya masih awal-awal kuliah, Bono beberapa kali mengajak saya kumpul-kumpul dengan kawan angkatannya di Gombara, saya pernah diajak ngopi-ngopi di Warkop, pernah di ajak makan-makan di cobek-cobek Boulevard Panakukang, saat Kanda Agus Toyota ulang tahun, seingatku bersama Bono, Fakhrul, Ambank, dan ada beberapa yang lain juga.

Dan yang paling berkesan yang saya tidak bisa lupa, ketika AC dirumah trouble, MCB selalu latto-latto, saya telepon Bono, menanyakan keluhan, saya yang lagi di Bantaeng sementara beliau di Makassar, akhirnya saya diarahkan dari jauh, satu persatu instruksinya saya coba terapkan dan jalankan, sampai akhirnya AC dirumah kembali normal setelah saya utak-atik atas arahan beliau.

Selamat jalan kawan, semoga amal baik, ibadah, bantuanmu, pengabdian dan baktimu di terima Allah SWT.
🤲 Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wa’fuanhu, Aamiin. 🤲🥺

Acchi
10:46 AM


Tuesday, 4 March 2025

Tragedi Minyak Oplosan

 

Capture Dari X

Saya teringat ucapan sahabat saya, yang sudah berpulang karena kena covid 2021 silam, waktu itu dia datang jalan-jalan ke Makassar, kami janjian ketemu di Masjid dekat tempat hotelnya menginap, untuk shalat shubuh, ba’da shubuh kami pun jalan cari buroncong panas di Pantai Losari, belum sampai pantai, motor saya mau isi bensin, singgahlah saya di SPBU Mangkura. ternyata Premium kosong, yang ada Pertalite, akhirnya saya isi dengan Pertalite. Disitulah sahabat saya ngomong itu Premium juga yang dikasi pewarna, lalu saya bilang oktannya lebih tinggi dari bensin, dia pun tertawa, saya bilang kenapa ketawa mas? Dia bilang saya ini orang kapal, banyak memberangkatkan Kapten, Enginer, Second Enginer, saya dapat infolah dari mereka-mereka minyak itu dioplos. Lalu saya bilang kalau mobilmu di Surabaya minum apa? Dia bilang Pertamax, harganya diatas pertalite, kalau saya lagi di Jakarta atau di Depok kadang lebih senang mengisi di SPBU Swasta meskipun harganya beda 100 200 perak dari Pertamina.

                                  ***** 

Belum habis cerita soal minyak oplosan, bahkan sampai perhari ini masih dibicarakan, apalagi Pertamina saat ini sedang memimpin klasmen BUMN koruptor yang nilainya hampir tembus 1000 Triliun, Erick Thohir sibuk wara-wiri ke kejaksaan sampai tengah malam menjelang sahur, entah bicara apa?, mungkin negosiasi cari aman atau cari deal-deal biar sama-sama enak.

Kita dibikin muak hampir tiap hari ada berita duit Negara bertriliun-triliun, yang harusnya untuk kemaslahatan rakyat, malah hanya dinikmati segelintir orang dan jadi dana bancakan para mafia dan kelompoknya, dan dilakukan secara sadar dengan perbuatan  pemufakatan jahat.

Mereka-mereka saat ini yang bersentuhan dengan Pertamina, pada mulai speak up, seperti Ahok sok mau jadi hero, ada yang mulai cuci tangan seperti Dirut Pertamina pakai maaf-maafan segala setelah beberapa hari baru muncul, belum lagi anggota DPR sok-sok inspeksi, malah sidak ke SPBU swasta, lalu sambil cebokin kesalahan Pertamina. Saya curiga mereka ini semua komplotan, berkolaborasi dengan orang partai yang menggerus dan mengambil keuntungan besar dari Pertamina. Kalau BUMN masih saja terus dijadikan sapi perah, tidak dikelola secara profesional dan tidak diisi oleh orang-orang profesional, dan masih terus diisi orang partai, orang titipan, orang simpanan, yang tak paham tupoksi, yang tak paham mekanisme dan kondisi perusahaan, maka jangan heran satu-persatu BUMN akan kolaps, yang tergabung dalam Danantara pun bisa jadi menunggu antrian masuk klasmen BUMN koruptor juga.

Dan pada akhirnya rakyat jugalah yang paling dirugikan, Pertamina dihulu mengoplos, SPBU distributor memainkan nozel dan tera, belum lagi terkadang penjual eceran botolan pun ikut juga main curang dengan mengoplos dengan air. Begitulah terus sampai nitizen berkata beli Pertamax isi Pertalite, pilih Prabowo ternyata isinya Jokowi. Apes-apes Negeri ini. 🤭

Acchi
01:46 PM

Monday, 3 March 2025

Cakar (Thrifting) Menggerus Sritex

 

Foto ilustrasi Chat GPT

Suatu hari Ibu saya pernah membeli pakaian bekas (Cakar) atau Thrifting, yang di tawarkan oleh tetangga yang jualan, Ibu saya beli beberapa potong, kebetulan pakaiannya bagus dan bermerk, seperti merk buaya lapar (crocodile) Lacoste dan Onta haus (camel) saya bahkan sempat memakai juga. 🤭

Lalu saya protes, kenapa pakaian bekas dibeli?, yang bekasnya orang luar sana, setelah itu Ibu saya tidak pernah lagi beli pakaian untuk dipakai, dan saya pun semenjak itu tidak pernah lagi memakai pakaian Cakar, dan lebih memilih beli baju yang 100 ribu per 3 atau per 4 lembar yang penting baju baru, dan Ibu saya sesekali masih membeli Cakar untuk dijadikan lap dapur, lap motor, dijadikan alas panci, yang terlebih dahulu di permak oleh Ibu saya, karena kebetulan Ibu saya pandai menjahit dan punya mesin jahit.

Diberita di medsos terlihat kabar perusaahan tekstil terbesar di Asia tenggara bangkrut karena utang dan karena kalah bersaing dengan arus masuk tekstil dan garmen import sementara biaya produksinya lebih tinggi dari barang yang import-impot itu. Dampaknya Sritex harus gulung tikar dan karyawan 10.000an lebih putus kontrak.

Yang ikut andil menjadikan Sritex pailit dan bangkrut, selain tekstil dan pakaian import yang deras masuk ke Negeri ini, juga pakaian Thrifting atau Cakar kata orang Makassar. Ada video di Tiktok bos Sritex pun mengakui bahwa selain kalah saing, karena Rezim Jokowi terlalu mudah memberi izin import tekstil, juga karena pakaian bekas-bekas yang banyak beredar.

Bahkan di daerah saya, setiap malam Ahad, pasar malam, lebih banyak penjual cakarnya di banding penjual baju baru, bahkan anak-anak muda sampai berebutan kalau baru buka karung, mereka berlomba mencari yang masih layak dan bermerk, dan mirisnya yang dijual bukan cuma pakaian luar, pakaian dalaman, celana dalam pun dijajakan.

Regulasi ini kalau tidak dibenahi, tidak ada pengetatan, tidak ada aturan hukum yang baru yang berpihak pada industri manufaktur tekstil dan garmen dalam Negeri, dan masih membiarkan barang ilegal dan selundupan bebas masuk, maka perusahaan dalam Negeri skala besar sampai skala konveksi UMKM, maka akan tumbang juga. Lalu ada yang berkata bagaimana dengan pedagang yang jual Cakar?, kalau aturan ketat perlahan mereka-mereka akan beralih menjadi pedagang pakaian baru. Lalu ada yang berkata lagi pakaian bekas mau diapakan?, pakaian bekas direcycle, dimusnahkan, biar tidak menambah sampah di Bumi. 🙂

Acchi
02:46 PM

Sunday, 2 March 2025

Taraweh...

 

Foto Google

Semalam saat baru keluar Masjid sehabis tarwih, di parkiran motor ada anak muda yang menggerutu pada temannya, dia berkata “aneh-aneh tong shalat tarwihnya disini, nampa sallona poeng”, kurang lebih begini artinya (kebetulan saya juga mau posting diblog saya jadi saya terjemahkan) “Shalat tarwih disini aneh kemudiannya shalatnya lama”. Saya yang kebetulan melintas didekatnya ketika hendak mengambil motor saya, tersenyum mendengar obrolan mereka. 🙂

Dalam hati saya, mungkin anak muda ini tidak datang kemarin malam, ketika pengurus membaca dan menguraikan agenda Ramadhan, termasuk untuk buka puasa bersama, tadarrus bersama ba’da ceramah shubuh sampai menjelang syuruq, agenda ittikaf, penyaluran zakat dan lain-lain.

Di Masjid untuk Ramadhan kali ini, memang ada yang baru, terutama saat sebelum shalat tarwih, didahului dulu dengan shalat sunnah iftitah dua rakaat secara berjamaah, kemudian dilanjutkan shalat tarwih delapan rakaat plus tiga witir, dengan formasi 4-4-3.

Inilah yang di maksud anak muda itu, dan semalam memang jamaah baru usai tarwih dan keluar masjid menjelang pukul 10 kurang 15 menit. dan mungkin anak muda itu di tempatnya yang biasa, dia mendapati formasi 2-2-2-2-3, bahkan sampai tarwih 20-3.

Kebetulan Masjid yang saya tempati shalat adalah Masjid Muhammadiyah, tarwihnya memang cukup slow, tuma’ninah sampai posisi badan sempurna baru berganti posisi gerakan shalat, begitu pula bacaan ayat-ayatnya meskipun tidak panjang-panjang amat tapi dibaca Bi tartil dengan memperhatikan hukum dan kaedah tajwid.

Dengan durasi seperti itu biasanya, hampir sama dengan tarwih 20 di masjid umum lainnya. Saya teringat sama ceritanya Gus Dur warga NU ditempatnya menggerutu, ketika AR Fakhruddin mantan Pimpinan Pusat Muhammadiyah ketika mengimani shalat tarwih jamaah NU yang terbiasa speed diatas normal tiba-tiba mendapati imam yang slowly. 🤭

Acchi
10:06 AM