Suatu ketika salah satu dari teman angkatanku, mengatakan_ “bagus nanti kalau pas 25 tahun tammatta kita bikin reuni perak”.
Kebetulan sekali 27-29 Juni 2025, diadakan Reuni Akbar, ini bisa menjadi momentum yang tepat dan pas bagi angkatan kami yang tamat tahun 2000, untuk hadir dan ikut berpartisipasi bersama angkatan kakak-kakak senior yang pernah membimbing kami dan adik-adik setelah angkatan kami yang pernah kami urus.
Di FB maupun di Wa Grup Alumni dan angkatan, secara massif menyebar info reuni, ada yang aktif komentar, ada yang cuma ngirim jempol atau emoticon lain, ada pula cuma ngintip-ngintip, bahkan ada yang bilang saya tidak tammatka bukanka alumni, padahal IKAPEM namanya saja grup alumni tapi di AD/ARTnya tidak membatasi yang hanya pegang Ijazah saja, yang disebutkan sebagai alumni, tapi yang pernah nyantri, yang pernah mondok, yang pernah senapas dan senasib, yang pernah makan nasi dan garamnya Ma’had Darul Arqam Gombara juga masih disebut sahabat kandung.
Namun terkadang kita sulit untuk datang dan hadir bereuni bersama, bukan saja karena tidak punya waktu luang, tapi karena bisa saja terkendala jarak, terutama yang sudah jauh merantau dan mengembara, meskipun ada yang dekat tapi terkendala faktor kesibukan, ada rutinitas yang tak bisa ditinggalkan, bahkan terkadang pengaruh keadaan ekonomi pun tak memungkinkan untuk bersua bersama kawan-kawan lama, belum lagi hal lain-lain yang bisa menjadi faktor kendala. Serta bisa pula karena memang sudah ogah-ogahan lagi untuk ikut kumpul-kumpul, lalu dibuatlah_ alasan klasik dan macam-macam. 😅
Reuni sejatinya menjadi tempat berkumpul, bercengkrama dan mengenang memori dan histori yang pernah_ terukir,_ dari kepingan-kepingan cerita yang pernah di jalani, mulai dari muadzin newbie yang salah lafadz, hafalan mufradat dan Alquran yang tak kunjung tuntas, berkalung papan yang tulisannya “Lughatuka”,_ “Jazus” yang bikin paranoid, shalat lail dan puasa Senin kamis yang jadi wajib, jalan tertidur sampai nabrak tiang gawang di waktu shubuh karena nyawa belum ngumpul, main bola di atas batu cadas sambil teriak mubasyarah fakatz karena ada teman yang pagoreng, makan nasi kecap ikan kering mairo bersama pakai satu wadah tutup panci, bahkan saking nikmatnya ikan kering itu membuat ngantuk, dan bisa bikin tidur pulas dikelas, semua itu masih menjadi cerita yang sangat membekas, belum lagi sabun mandi yang dipakai bergiliran sambil ngomong ana ba’daka saking banyaknya antrian dan dikejar time limit mau apel pagi/magrib, ada pula kepala sampai malitung (gundul) gara-gara kena sanksi level SP3, apalagi melanggarnya kompak berjamaah (bareng-bareng) sampai dikenai “Mahkum Massal”. 😆
Seiring berjalannya waktu, menapaki jenjang yang lebih diatas, yang Tsanawiyah naik jadi Aliyah, yang kemarin masih junior menjadi senior, yang sebelumnya diurus menjadi pengurus, meskipun beberapa dari kami ada yang mendiskualifikasikan diri, gugur dan memilih resign mencari sekolah baru diluaran sana. Yang tersisa melanjutkan diri untuk berproses, kematangan berpikir seiring ikut bertumbuh, terkadang masih khilaf harusnya menjadi suri tauladan bagi adik-adiknya, malah justru jadi pelanggar ulung dari tengko-tengko yang telah dibuat dan disepakati bersama, sampai adik-adik menyindir halus pakai ayat Alquran surah As-shaff ayat 2-3, belum lagi beberapa kisah-kisah undercover yang horror untuk diceritakan,🤭 bahkan pernah juga ikut mengukir sejarah bangsa, sampai ikut-ikutan menutup separuh jalan depan pondok saat “Reformasi 98”, yang puncaknya sampai ikut bersama ribuan Mahasiswa dan rakyat menggunakan truk, turun aksi di Karebosi menuntut Soeharto dan rezim Orde Baru turun tahta.
Gombara memang menyimpan kisah tidak saja secara nafsi-nafsi, tapi juga firqa-firqa kifayah, solidaritas dan jiwa korsa, perAngkatan, perKelas, perAsrama bagi yang pernah nyantri tak perlu diragukan lagi, bayangkan di usia menuju remaja sampai baligh, di Gombaralah mulai puber, berjerawat, berbulu, sampai pertama kali mimpi basah, sampai mau tidak mau harus belajar mandi junub. 🤩
Dan satu lagi ternyata Gombara bisa menyatukan rasa, menjadikan pengalaman yang unik, mind blowing bahasa gaulnya saat ini, ternyata ada perasaan yang sama yang terpatri, bagi santri terutama disaat kita mau masuk pondok setelah libur misalnya, bagi yang datang dari arah Makassar dari arah pasar sentral, kalau sudah melihat papan reklame bergambar kecap di baddoka sebelum penurunan apalagi sudah melihat kubah masjid, maka jantung berdegup kencang, adrenalin terpacu, bulir keringat tak terasa menetes, bahkan untuk mengucap “kiri pak sopir” pada sopir pete-pete serasa beratnya minta ampun. 😅 Dan ternyata teman-teman santri yang dari arah Mandai pun juga merasakan hal yang sama. 🤣
Pada akhirnya cuma bisa pelototin foto video keseruan bereuni yang ada di Wa Grup, meskipun hasrat jiwa raga ini sangat ingin juga rasanya hadir di reuni, ingin merasakan effort yang sama, tapi aral yang melintang belum bisa diterabas,_ sehingga bercengkrama sedikit tertunda meskipun rasanya sangat ingin walau hanya sekedar say hello, berjabat tangan dengan guru/ustadz dan para sahabat-sahabat kandung sambil ngucap kaifa haluk bertanya tentang kabar, adakah pembeli kuota, dan bla-bla lainnya. 😀
Padahal reuni sebelum-sebelumnya saya masih sempat datang, di reuni sebelumnya saya berempat satu angkatan, dan yang paling miris saat reuni di Malino hanya binafsi fakatz, dan kemarin dulu dapat info dari grup IKAPEM, senior yang sempat saya temani duduk bersampingan di bus saat perjalanan pulang dari reuni Malino 2013 silam, baru saja meninggal dunia di Pinrang, Allahummaghfirlahu. 😢🤲
Bagi yang sempat datang dan hadir, bergembiralah, kenang masa lalumu, santaplah hidangan nasi lauk yang disediakan panitia, sambil membayangkan nasi lauk terutama ikan cakalang yang gatal saat masih mondok dulu. 😉 Saling sapa senior juniormu, bertukar kisah dengarkan ceritanya, siapa tahu dari pertemuan itu ada kecocokan bisnis-bisnis dan kerjaan yang bisa nyambung, syukur-syukur siapa tahu bisa latto, tumpahkan kembali keringatmu dan cetak gol dilapangan fenomenal itu. Meskipun sudah banyak bangunan baru yang berganti, namun jejak-jejak asrama, kelas, kiosphone, pohon coppeng dan mangga pasti masih membekas dalam pikiranmu, sumbangkan beberapa tetes darahmu sebagai pendonor, atau sekedar mengotori tanganmu untuk sebatang pohon yang engkau tanam, agar “Khairun naas anfa'uhum lin naas”, dirasakan orang banyak, terakhir saat pulang semoga akan menjadi cerita turun temurun ke generasimu, syukur-syukur kalau bisa juga menyekolahkan anak-anakmu di Pondok, seperti Ibu Bapakmu yang pernah menitipkanmu di Gombara dulu.
Selamat bereuni sukses selalu buat pengurus IKAPEM, semoga bisa terus memberi terobosan, dan tetap terus eksis serta punya andil dan manfaat besar buat pondok tercinta. 🙂🙏
-* 94_00 *-