Asri Salam ( Acchi )

Sunday, 29 March 2020

Diantara Mesin Ketik dan Skripsi Jokowi

Ahad pagi lagi bersih-bersih sekaligus melakukan social distancing dirumah aja,  dan pas dirak mesin ketik gambar ada dibawah yang entah sudah berapa tahun tidak terpakai.

Tiba-tiba teringat soal skripsi Presiden Jokowi yang sempat viral kemarin dimedia sosial yang bersampul hitam logo UGM tahun 1985, yang desainnya hampir sama dengan skripsi saya, dengan munculnya skripsi RI 1ini  tidak sedikit orang yang meragukan dikarenakan pada saat itu dan tahun 80an pengetikan menggunakan komputer dengan memakai software microsoft word belum ada di Indonesia bahkan di negeri asalnya saja di negeri paman sam masih sangat baru, dan kebanyakan Mahasiswa zaman old zaman itu mengerjakan makalah papernya sampai skripsinya masih menggunakan mesin ketik seperti gambar dibawah, dan postingan yang kemarin itu bahkan ada beberapa komentar-komentar yang lucu bahkan ada yang meminta untuk sampai diuji forensik segala. Hehehe

Mesin Ketik

Karena seingat saya Bapak saya juga ditahun-tahun itu bila mengerjakan tugas paper dan makalahnya waktu Ia kuliah di Universitas Terbuka Ia menggunakan mesin ketik yang Ia pinjam dari sekolah tempat mengajarnya bahkan terkadang dibantu oleh Ibu saya yang lebih jago karena bisa menggunakan sepuluh jari dalam mengetik.


Tapi menurut saya mungkin skripsi yang beredar fotonya itu adalah sudah diketik ulang atau direcycle sesuai zaman now, karena mungkin dokumen aslinya sudah luntur termakan usia atau mulai dimakan rayap,  Hehehe

Skripsi Jokowi Tahun 1985
Acchi
08:46 AM

Friday, 27 March 2020

Saatnya Karantina Wilayah (LockDown)

Salah satu Pamflet DiMasjid
Percuma di Masjid-masjid ada pamflet begini kalau Bandara Pelabuhan Terminal Stasiun masih terus beroprasi dengan masuknya arus orang bahkan moment ini banyak yang dijadikan momentum untuk pulang kampung yang tidak diketahui apakah tubuhnya positif atau negatif cov19.

Cukup arus barang tersuplai kedaerah-daerah yang sudah disterilkan biar tidak terjadi kelangkaan yang bisa memicu panic buying.

Slogan memerangi virus Sars Cov2 ini bisa efektif kalau pemerintah punya problem solve yang baik.

Termasuk cara LockDown dengan mengacu pada UU Karantina kesehatan No 6/2018 yang kemarin malam saya dengar di acara ILC yang diutarakan oleh Haris Ashar, bahkan dalam UU tersebut diatur sampai kompensasi dari Negara yang akan didapatkan bagi masyarakat atau wilayah yang dikarantina, dan bila ini dilakukan para pekerja disektor informal sebenarnya tidak perlu lagi risau karena sudah dijamin oleh Negara berdasarkan Undang-undang tersebut.

Problemnya adalah Negara tidak punya uang untuk membiayai itu, bahkan yang ada Negara melalui Menteri Keungan Sri Mulyani berencana membuka rekening khusus untuk donasi untuk penanganan virus cov19 ini

Kabar dari Papua dan kota Tegal konon kabarnya sudah mengambil langkah LockDown guna untuk melindungi rakyatnya dengan alasan lebih baik merawat yang sudah ada saat ini dibanding kelak  datang serbuan pasien terinfeksi sementara petugas dokter, perawat, perangkat dan alat beserta tempat penanganan dan isolasi tidak cukup memadai.

Sementara di Jakarta yang Provinsi yang paling banyak terinfeksi virus corona masih terus sibuk dan bekerja keras menambal kebocoran-kebocoran tapi belum mengambil langkah LockDown atau Karantina wilayah menjadi percuma, ini mungkin karena Gubernur Anies Baswedan yang sempat diwanti-wanti oleh Pemerintah pusat untuk tidak mengambil keputusan LockDown bahkan kantornya sempat didatangi oleh Menteri Dalam Negri Tito Karnavian.

Makin hari problem ini makin runyam data zona merah kuning hijau disetiap daerah terus bertambah bahkan sebaran sudah meluas dipulau-pulau besar kabupaten kota seantero Negeri ini.

Acchi
02:56 PM

Monday, 23 March 2020

Patuhi Himbauan Soal Cov19

Corona harus menjadi pembelajaran buat kedisiplinan dan taat pada himbauan (Sami'na waata'na) kalau tidak perlu-perlu amat tidak perlu terlalu sering berkumpul apalagi informasi daerah penyebaran sangat terbatas, virus ini termasuk cepat perpindahannya dari orang ke orang karena hanya hitungan menit.

Sedih sesak melihat video dan gambar dimedsos bila korban berpulang atau meninggal, jazad dibungkus kain kafan dan plastik tebal tanpa dimandikan, semoga masih sempat ditayammumkan dan dishalati bila muslim ataukah mungkin bisa jadi shalat jenazahnya mungkin dilakukan secara ghaib alias dari jauh atau dari rumah, jazad tidak lagi balik kerumah untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari keluarga tetangga dan koleganya dan langsung dibawa kepemakaman untuk menghindari penularan, jazad dimasukkan dalam kubur beserta kotaknya yang sudah diwraping atau dibungkus plastik, diantar oleh orang-orang yang berpakaian (APD) alat pelindung yang serba tertutup beserta keluarga terdekat, itupun setelah pemakaman keluarga atau orang yang ada disitu perlu menjalani pemeriksaan sampai isolasi.

Semoga wabah ini cepat berlalu biar bisa kembali beraktifitas seperti biasa apalagi bulan Ramadhan sudah hampir tiba,tak terbayang bila wabah ini sampai Ramadhan pastinya suasananya akan sangat berbeda sekali.

Acchi
11 : 36 PM

Sunday, 22 March 2020

Jangan Anggap Enteng Cov19

Dampak dari memandang enteng virus ini sejak beberapa bulan lalu yang hakikatnya  pemerintah sebenarnya punya banyak waktu untuk antisipasi dan melakukan persiapan tapi mereka lebih berpikir bagaimana cara meloloskan RUU Omnibuslaw yang draft pasal-pasalnya banyak merugikan rakyat karena elemen buruh dan mahasiswa menolaknya, mereka lebih sibuk promosi wisata bahkan sampai memberi diskon untuk beberapa destinasi sementara negara lain mulai menutup diri, mereka sibuk mau pindah Ibukota yang pembiayaannya masih samar bahkan calon walikotanya sudah mulai digadang-gadang, dan yang paling sering mereka mengancam bahkan mempidanakan bagi yang membicarakan soal Corona ini karena dianggap Hoax dan menebar ketakutan

Penaganan ini pastilah sangat terlambat, corona saat belum masuk mereka buat candaan bahkan orang-orang sering muncul di TV level pejabat ada yang mengatakan corona tidak bisa hidup diiklim tropislah, corona bisa ditangkal karena doyan makan nasi kucinglah, susu kuda liarlah, dan lain sebagainya  sementara arus masuk orang dibandara tanpa test bahkan sampai mengatakan alat test mahal, dan mirisnya disaat sudah mewabah di Negeri ini masih ada juga yang lolos masuk dan yang masuk ini justru mendapatkan pembelaan dari aparat hingga menteri meskipun diujungnya aparatnya minta maaf karana menebar berita yang keliru (hoax kalau untuk rakyat) dan para menteri ini saling bantah soal legal dan ilegalnya.

Dan bila ada yang memperingatkan tentang bahaya covid19 ini justru bersiaplah mereka diserang oleh BuzzeRp.

Sekarang dampaknya Negeri ini paling tinggi persentase case fatalitynnya perhari ini semenjak ini ditulis (lihat disini) sudah 38 Orang sudah pamit duluan termasuk dokter,dan itupun sebagian besar rakyat negeri ini tidak tahu dan masih bingung prosedurnya bagaimana tata cara pengurusan hingga pemakaman jenazah yang terinveksi ini mengingat perangkat dasar seperti masker saja masih susah didapatkan karena ada kasus ternyata setelah pemakaman baru diketahui yang berpulang itu terinveksi corona sehingga yang memandikan melayat sekarang jadi was-was bahkan ada juga yang dikira mabuk ballo (tuak) ternyata juga terjangkit cov19.

Dan yang aneh justru yang nampak dan diberitakan yang sembuh dibuat seviral-viralnya bahkan sampai mendapat oleh-oleh jamu, bahkan sekarang ada lagi lembaga survey yang entah apa maksudnya merilis survey-survey soal corona ini ataukah ingin mengganti peran BuzzeRp yang sudah basi itu.

Sementara paramedis digarda terdepan dalam perawatan juga sudah ada yang menjadi korban mereka berteriak karena kekurangan masker kekurangan APD alat pelindung diri bahkan jas hujan plastik pun dijadikan sebagai pengganti karena terbatasnya kebutuhan tersebut, semoga pesawat hercules yang menjemput peralatan dinegeri asal corona ini bisa cepat datang, sementara kesigapan rumah sakit dan ketersediaan ruang-ruang isolasi yang masih sangat minim dan sangat perlu penambahan kapasitas bisa cepat ada solusinya.

Sebelum terlalu meluas dan melebar kemana-mana daerah yang terkontaminasi ini perlu LockDown didaerah-daerah tertentu karena social distancing sepertinya tidak efektif dan daerah yang belum ditemukan agar sosialisasi social distancing digenjot dan disampaikan terus menerus, perbatasn kabupaten kota perlu ada pemeriksaan suhu panas tubuh bagi pelintas minimal dengan pemeriksaan thermal gun.

Dan mumpung masih banyak yang sehat, karena lebih baik panik disaat masih sehat karena masih bisa bergerak berpikir daripada panik disaat sudah terjangkit, melokalisasi penyebaran adalah upaya pencegahan yang baik daripada perawatan dan menutup semua akses keluar masuk bagi traveler dibandara dan pelabuhan.

Persoalan kemanusiaan lebih penting karena bila manusia sehat ekonomi bisa bergeliat sudah ada contoh ekonomi yang pernah ambruk bisa bangkit lagi. Karena persoalan ekonomi sudah terlajur jatuh (takkalami) apalagi dilihat beberapa tahun terakhir ini ekonomi kita stagnan begitu-begitu saja dipertumbuhan 4% bahkan saat ini kurs dollar makin menguat pertanda utang yang akan jatuh tempo pastilah bayarnya akan lebih banyak lagi (kalau ada uang) dan salah satu menteri terbaik ekonomi bahkan mengatakan dengan kondisi seperti ini pertumbuhan ekonomi negeri ini bisa 0% entah apa maksud pernyataannya itu, mungkin tanda menyerah.

Makanya Corona jangan dianggap enteng Bossq bukan saja badan yang bisa dibikin lumpuh atau koid sendi kehidupan pun ikut lumpuh seperti ekonomi sampai dunia pergosipan tiarap karena ibu-ibu lorong saling menjaga jarak.

Acchi
03 : 36 AM




Friday, 20 March 2020

Penanganan CORONA lelet.

Negeri ini sangat terlambat menangani Covid19, corona mereka buat candaan bahkan orang-orang sering muncul ditv level pejabat ada yang mengatakan corona tidak bisa hidup diiklim tropis, corona bisa ditangkal karena doyan makan nasi kucing, susu kuda liar, bahkan arus masuk orang dibandara tanpa test bahkan sampai mengatakan alat test mahal.

Dan bila ada yang memperingatkan tentang bahaya cov19 ini justru bersiaplah mereka diserang oleh BuzzeRp72M.

Sekarang dampaknya Negeri ini paling tinggi persentase case fatalitynnya 25 Orang sudah pamit duluan, itupun sebagian besar rakyat negeri ini tidak tahu prosedurnya bagaimana tata cara pengurusan hingga pemakaman jenazah yang terinveksi ini semasa hidupnya dia pernah singgah ditempat dan kontak dengan siapa tidak ditahu karena kurangnya informasi.

Justru yang nampak dan diviralkan yang sembuh yang dapat oleh-oleh jamu, sementara paramedis digarda terdepan dalam perawatan berteriak karena kekurangan masker kekurangan APD alat pelindung diri, kesigapan rumah sakit dan ketersediaan ruang-ruang isolasi sangat minim.

Sebelum terlalu meluas dan melebar kemana-mana Negeri ini perlu LockDown didaerah-daerah tertentu mumpung masih banyak yang sehat, karena lebih baik panik disaat masih sehat daripada panik disaat sudah terjangkit, melokalisasi penyebaran adalah upaya pencegahan yang baik daripada mengobati, menutup semua akses keluar masuk bagi traveler dibandara dan pelabuhan.

Persoalan kemanusiaan lebih penting dari persoalan ekonomi, apalagi dilihat beberapa tahun terakhir ini ekonomi kita stagnan begitu-begitu saja dipertumbuhan 4% bahkan saat ini kurs dollar makin menguat pertanda utang yang akan jatuh tempo pastilah bayarnya akan lebih banyak lagi.

Wallahu A'lam

Acchi
06:26 AM

Tuesday, 10 March 2020

Papua Jangan DiManja

Papua jangan dimanja, Khususnya Terorisnya, berulang kali disana orang mati sia-sia, jangankan sipil aparat saja sudah terlalu sering pulang dikampungnya dengan kotak jenazah berbendera merah putih.

Lalu apa guna peralatan canggih yang sering dipamerkan dihari HUT TNI/Polisi kalau cuma sebatas dipakai pertunjukan show no action.

Harusnya di Papua punya maping yang sudah dipetakan mulai dari sumber daya alam hingga pergerakan kelompok teroris bersenjatanya, sebab negara ini sudah cukup umur untuk itu semua.

Mereka akan terus dengan bebas beraksi menakuti warga kampung-kampung hingga mengungsi keluar kampung membunuh aparat dan sipil kalau terus diberi kelonggaran.

Negara ini berdaulat, harusnya kedaulatan dipakai untuk melindungi rakyat karena itu bagian dari Hak Asasi Manusia, bukan karena HAM yang selalu menjadi sandungan bila berhadapan dengan teroris-teroris bersenjata itu.

Kasihan pangkat yang merah kuning yang selalu menjadi korban dilapangan sementara yang di Jakarta sana masih terus bingung dengan persoalan tindakan.

Semoga tidak ada lagi aparat yang mati karena hendak berwudhu, hendak makan, bahkan yang sedang jaga pos karena diserang oleh kelompok yang berambisi merdeka.

Acchi
10:36 AM