Ketika kebodohan terus di pelihara maka hanya mereka yg mau makan.. Asri Salam ( ACCHI )
Asri Salam ( Acchi )
▼
Thursday, 27 January 2011
Benarkah Cuci Jins Hanya Perlu Sebulan Sekali
VIVAnews - Banyak orang malas mencuci celana berbahan denim atau jins lantaran berat dan membutuhkan energi lebih. Seolah mendukung kemalasan ini, sebuah studi mengungkap bahwa memakai celana jins yang belum dicuci selama 15 bulan tak menimbulkan risiko kesehatan.
Studi yang dilakukan asisten profesor dan mahasiswa University of Alberta itu menunjukkan, keringat dan tumpahan makanan yang melekat di celana jins tidak memicu perkembangbiakan bakteri secara ekstrim.
Jin terpakai yang tidak dicuci selama sebulan memiliki tingkat bakteri yang identik dengan bahan lain yang terpakai selama 13 hari. "Saya terkejut," kata Rachel McQueen, sang asisten profesor departemen ekologi.
"Kami menemukan flora yang ada di denim sama jumlahnya dengan jumlah flora di kulit," kata Rachel seperti dikutip National Post.
Jumlah bakteri paling tinggi terdapat di area selangkangan. Namun, tidak ditemukan E Coli atau jenis bakteri dari kotoran lainnya. Ini artinya, mengenakan celana jins selama sebulan tanpa mencuci masih aman bagi kesehatan.
Dengan pemakaian normal, kata Rachel, jins hanya perlu dicuci sekitar sebulan sekali. Bahkan, jika tahan dengan baunya, memakai celana jins yang tidak dicuci selama 15 bulan masih aman.
Untuk menghilangkan bau tak enak jins yang belum dicuci, cukup mengangin-anginkannya atau membungkus dalam plastik dan memasukkannya ke dalam freezer setiap minggu. (pet)
Studi yang dilakukan asisten profesor dan mahasiswa University of Alberta itu menunjukkan, keringat dan tumpahan makanan yang melekat di celana jins tidak memicu perkembangbiakan bakteri secara ekstrim.
Jin terpakai yang tidak dicuci selama sebulan memiliki tingkat bakteri yang identik dengan bahan lain yang terpakai selama 13 hari. "Saya terkejut," kata Rachel McQueen, sang asisten profesor departemen ekologi.
"Kami menemukan flora yang ada di denim sama jumlahnya dengan jumlah flora di kulit," kata Rachel seperti dikutip National Post.
Jumlah bakteri paling tinggi terdapat di area selangkangan. Namun, tidak ditemukan E Coli atau jenis bakteri dari kotoran lainnya. Ini artinya, mengenakan celana jins selama sebulan tanpa mencuci masih aman bagi kesehatan.
Dengan pemakaian normal, kata Rachel, jins hanya perlu dicuci sekitar sebulan sekali. Bahkan, jika tahan dengan baunya, memakai celana jins yang tidak dicuci selama 15 bulan masih aman.
Untuk menghilangkan bau tak enak jins yang belum dicuci, cukup mengangin-anginkannya atau membungkus dalam plastik dan memasukkannya ke dalam freezer setiap minggu. (pet)
Sunday, 23 January 2011
Allah berfirman: Akan Kami perlihatkan kpd mereka tanda-tanda kekuasaan Kami....oleh: asy-Syifaa an-Nuur Fatimah
Pernahkah kita menghitung-hitung berapa kali kita membaca lafadz Allah dalam setiap hari? Seratus kali? Limaratus kali? seribu kali? atau bahkan lebih dari itu? Dan apakah anda merasakan manfaat dari melafadzkan Allah tersebut? Bias-biasa saja? Atau barangkali ketenangan batin atau hal yang lainnya?
Pembaca yang dirahmati Allah, ternyata saat kita membaca lafadz Allah tersebut, sebenarnya tanpa kita sadari ada banyak manfaat yang dapat kita petik. Bahkan oleh seseorang yang belum atau tidak mengenal Islam sekalipun. Tulisan berikut ini semoga membawa inspirasi bagi kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.
Seorang profesor dalam bidang psikologi yang berasal dari negeri Belanda menemukan efek yang mengagumkan dari mengulang-ulang kata atau lafadz Allah. Van der Hoven nama guru besar tersebut. Seorang spesialis di bidang kejiwaan dari negeri Belanda. Ia mengumumkan penemuan barunya yang didasarkan pada riset ilmiah tentang efek positif dari membaca Al-Qur’an dan mengulang-ulang lafadz Allah baik terhadap pasien (orang sakit) ataupun efek terhadap orang-orang sehat.
Profesor Vander Hoven menguatkan penemuannya yang dibuktikan secara empiris dengan melakukan rangkaian studi dan penelitian terhadap banyak pasien selama kurang lebih 3 tahun.
Yang mengagumkan adalah banyak diantara pasiennya atau obyek penelitiannya adalah orang non muslim yang tentu saja tidak pernah melafadzkan Allah. Obyek penelitian lainnya adalah orang yang memang tidak bisa berbahasa Arab lalu dilatih mengucapkan lafaz Allah secara jelas dan fasih. Ternyata dari hasil penelitian itu ditemukan sesuatu yang amat luar biasa, terutama bagi mereka yang mengidap patah hati (broken hearth) dan darah tinggi.
Sebuah surat kabar Arab Saudi, Al Watan, melaporkan bahwa psikolog tersebut, sebagaimana juga dikutip oleh beberapa media lain, mengatakan bahwa orang-orang muslim yang bisa membaca Arab dan terbiasa membaca Al-Qur’an dapat melindungi dirinya sendiri dari penyakit mental dan penyakit-penyakit yang ada hubungannya dengan kondisi psikologis (psychological diseases). Dalam laporan ilmiahnya ia menjelaskan bagaimana setiap huruf dlm kata Allah itu dpt menyembuhkan berbagai gangguan psikologis. Dalam risetnya tersebut dia menunjukkan bahwa huruf pertama dalam lafadz Allah, yakni huruf A (Alif), dapat melonggarkan (melancarkan) pada sistem pernafasan manusia (human respiratory system). Lafadz A tersebut juga dapat mengontrol sistem pernafasan pernafasan (breathing controls)
Vander Hoven menambahkan juga bahwa pengucapan huruf konsonan L (Lam), dengan metode Arab, yaitu dengan cara lidah disentuhkan dengan ringan pada bagian rahang atas yang akan mendatangkan jeda (istirahat) dan berulang-ulang mendatangkan jeda yang sama, berpengaruh positif dengan memberikan efek relaksasi pada kondisi psikologis manusia .
Juga, pengucapan huruf terakhir, yakni huruf H dapat menghubungkan dua bagian yaitu antara organ paru-paru dan organ jantung. Hubungan antara kedua organ ini memberikan efek positif dengan memperbaiki system denyut jantung (heart beat).
Ilmuwan itu juga mengembangkan penelitiannya dengan mengamati pengaruh pengucapan kata “Allah” dari berbagai aspek, termasuk interaksi dalam syaraf-syaraf pasien saat menyebutkan kata “Allah” tersebut. Setiap reaksi fisik pasca pengucapan kata “Allah”, dicatat serta disusun Hoven. Bahkan mimik si pasien pun diamati dengan seksama. Adakalanya diperbandingkan antara sebelum lancar mengucapkan dan sesudah lafadz tersebut fasih (reflek) diucapkan.
Penelitiannya memang sangat kompleks, meskipun hanya berkaitan dengan persoalan pengucapan kata “Allah” dalam hubungannya dengan metode penyembuhan dan terapi kesehatan lain. Metode riset dan analisis ilmiah seperti yang diterapkan pada dunia akademis, diaplikasikannya di dalam penelitian itu.
Bagaimana respon kalangan ilmuan dengan hasil penelitian tersebut? Ternyata para pakar medis pun terkejut dengan hasil riset ini. Bagaimana Vander Hoten yang adalah seorang profesor non Muslim tersebut sampai pada tertarik untuk melakukan penelitian dan eksperimen melalui pengucapan kata “Allah” ini.
Rupanya Hoven banyak memperoleh inspirasi dari Alquran, yakni ketika ia sering mendengarkan orang-orang Muslim membaca Alquran, di mana kata “Allah” menjadi kata yang seringkali muncul dalam bacaan tersebut. Lalu kata ini digunakan untuk subyek penelitian utamanya Van Hoven.
Dengan hasil penelitian tersebut ternyata membuka kesempatan untuk dilakukannya penelitian lanjutan tentang pengaruh pengucapan lafadz Allah terhadap kesehatan manusia. Bahkan peneliti di luar Belanda, ikut menyelidikinya untuk semakin meyakinkan hasil penelitian Hoven. Misalkan, bagaimana korelasi penyebutan setiap huruf dari kata “Allah” terhadap sinyal-sinyal yang menuju organ-organ tertentu di dalam tubuh manusia.
Sementara itu banyak di kalangan orang Islam yang karena mendengar hasil penelitian tersebut, akhirnya meningkatkan aktivitas mereka dalam penyebutan kata “Allah”. Misalkan ketika mendapat gangguan fisik karena pengaruh keadaan kejiwaan yang tidak sehat.
Demikianlah, Allah telah menggambarkan salah satu bentuk kekuasaan-Nya. Dan diakui atau tidak, hal tersebut telah membuktikan bahwa Islam betul-betul menjadi agama yang menawarkan rahmat bagi seluruh alam.
Pembaca yang dirahmati Allah, ternyata saat kita membaca lafadz Allah tersebut, sebenarnya tanpa kita sadari ada banyak manfaat yang dapat kita petik. Bahkan oleh seseorang yang belum atau tidak mengenal Islam sekalipun. Tulisan berikut ini semoga membawa inspirasi bagi kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.
Seorang profesor dalam bidang psikologi yang berasal dari negeri Belanda menemukan efek yang mengagumkan dari mengulang-ulang kata atau lafadz Allah. Van der Hoven nama guru besar tersebut. Seorang spesialis di bidang kejiwaan dari negeri Belanda. Ia mengumumkan penemuan barunya yang didasarkan pada riset ilmiah tentang efek positif dari membaca Al-Qur’an dan mengulang-ulang lafadz Allah baik terhadap pasien (orang sakit) ataupun efek terhadap orang-orang sehat.
Profesor Vander Hoven menguatkan penemuannya yang dibuktikan secara empiris dengan melakukan rangkaian studi dan penelitian terhadap banyak pasien selama kurang lebih 3 tahun.
Yang mengagumkan adalah banyak diantara pasiennya atau obyek penelitiannya adalah orang non muslim yang tentu saja tidak pernah melafadzkan Allah. Obyek penelitian lainnya adalah orang yang memang tidak bisa berbahasa Arab lalu dilatih mengucapkan lafaz Allah secara jelas dan fasih. Ternyata dari hasil penelitian itu ditemukan sesuatu yang amat luar biasa, terutama bagi mereka yang mengidap patah hati (broken hearth) dan darah tinggi.
Sebuah surat kabar Arab Saudi, Al Watan, melaporkan bahwa psikolog tersebut, sebagaimana juga dikutip oleh beberapa media lain, mengatakan bahwa orang-orang muslim yang bisa membaca Arab dan terbiasa membaca Al-Qur’an dapat melindungi dirinya sendiri dari penyakit mental dan penyakit-penyakit yang ada hubungannya dengan kondisi psikologis (psychological diseases). Dalam laporan ilmiahnya ia menjelaskan bagaimana setiap huruf dlm kata Allah itu dpt menyembuhkan berbagai gangguan psikologis. Dalam risetnya tersebut dia menunjukkan bahwa huruf pertama dalam lafadz Allah, yakni huruf A (Alif), dapat melonggarkan (melancarkan) pada sistem pernafasan manusia (human respiratory system). Lafadz A tersebut juga dapat mengontrol sistem pernafasan pernafasan (breathing controls)
Vander Hoven menambahkan juga bahwa pengucapan huruf konsonan L (Lam), dengan metode Arab, yaitu dengan cara lidah disentuhkan dengan ringan pada bagian rahang atas yang akan mendatangkan jeda (istirahat) dan berulang-ulang mendatangkan jeda yang sama, berpengaruh positif dengan memberikan efek relaksasi pada kondisi psikologis manusia .
Juga, pengucapan huruf terakhir, yakni huruf H dapat menghubungkan dua bagian yaitu antara organ paru-paru dan organ jantung. Hubungan antara kedua organ ini memberikan efek positif dengan memperbaiki system denyut jantung (heart beat).
Ilmuwan itu juga mengembangkan penelitiannya dengan mengamati pengaruh pengucapan kata “Allah” dari berbagai aspek, termasuk interaksi dalam syaraf-syaraf pasien saat menyebutkan kata “Allah” tersebut. Setiap reaksi fisik pasca pengucapan kata “Allah”, dicatat serta disusun Hoven. Bahkan mimik si pasien pun diamati dengan seksama. Adakalanya diperbandingkan antara sebelum lancar mengucapkan dan sesudah lafadz tersebut fasih (reflek) diucapkan.
Penelitiannya memang sangat kompleks, meskipun hanya berkaitan dengan persoalan pengucapan kata “Allah” dalam hubungannya dengan metode penyembuhan dan terapi kesehatan lain. Metode riset dan analisis ilmiah seperti yang diterapkan pada dunia akademis, diaplikasikannya di dalam penelitian itu.
Bagaimana respon kalangan ilmuan dengan hasil penelitian tersebut? Ternyata para pakar medis pun terkejut dengan hasil riset ini. Bagaimana Vander Hoten yang adalah seorang profesor non Muslim tersebut sampai pada tertarik untuk melakukan penelitian dan eksperimen melalui pengucapan kata “Allah” ini.
Rupanya Hoven banyak memperoleh inspirasi dari Alquran, yakni ketika ia sering mendengarkan orang-orang Muslim membaca Alquran, di mana kata “Allah” menjadi kata yang seringkali muncul dalam bacaan tersebut. Lalu kata ini digunakan untuk subyek penelitian utamanya Van Hoven.
Dengan hasil penelitian tersebut ternyata membuka kesempatan untuk dilakukannya penelitian lanjutan tentang pengaruh pengucapan lafadz Allah terhadap kesehatan manusia. Bahkan peneliti di luar Belanda, ikut menyelidikinya untuk semakin meyakinkan hasil penelitian Hoven. Misalkan, bagaimana korelasi penyebutan setiap huruf dari kata “Allah” terhadap sinyal-sinyal yang menuju organ-organ tertentu di dalam tubuh manusia.
Sementara itu banyak di kalangan orang Islam yang karena mendengar hasil penelitian tersebut, akhirnya meningkatkan aktivitas mereka dalam penyebutan kata “Allah”. Misalkan ketika mendapat gangguan fisik karena pengaruh keadaan kejiwaan yang tidak sehat.
Demikianlah, Allah telah menggambarkan salah satu bentuk kekuasaan-Nya. Dan diakui atau tidak, hal tersebut telah membuktikan bahwa Islam betul-betul menjadi agama yang menawarkan rahmat bagi seluruh alam.
Tuesday, 18 January 2011
SUATU MALAM DI SEBUAH PESTA Oleh: Miranda Risang Ayu
Suatu malam, di sebuah pesta, seorang perempuan muda dikagetkan oleh
pertemuannya dengan seorang sahabat yang telah lama tidak dijumpainya.
"Saya agak kesulitan untuk memulai perbincangan," kata sahabat lama perempuan
muda itu berterus terang. "Tetapi, bagaimana hidup? Apakah kau bahagia?"
Apakah ia bahagia? Malam itu adalah pesta, dan setiap orang bukan saja
berhak, tetapi wajib bahagia. Lagi pula, ia bertemu dengan sahabat lamanya,
dan disapa oleh sebuah pertanyaan impresif yang menggairahkan kesadarannya.
Jadi, bukankah ia tinggal menjawab dengan serangkaian cerita yang
membuktikan bahwa ia memang tengah bahagia?
Perempuan muda itu pun mulai menjawab bahwa ia banyak tertawa malam itu.
Mungkin karena pesta itu sendiri memang dirancang dengan ide yang amat
menarik dan dengan tujuan untuk menyenangkan semua yang hadir. Pesta itu
diadakan di tengah kebun yang dipenuhi palma dan kamboja, dengan
rumah-rumah kayu beratap rumbia, dan dilingkungi oleh persawahan khas Bali Tengah
yang bertatahkan cahaya obor di setiap sudutnya.
Ada tari-tarian tradisional yang anggun, joged Bumbung yang semarak, yang
dipadukan dengan peragaan busana kontemporer dan musik akustik. Lebih
penting lagi, ada bulan bercahaya menjelang purnama. Apa lagi?
Anehnya, perempuan muda itu merasa pipinya kelu oleh senyumnya sendiri.
Semakin tawa ria membahana di sekelilingnya, ia merasa semakin sunyi.
Dilepaskan pandangannya ke setiap meja yang dipenuhi makanan, dan ia baru
tersadar bahwa porsi makanan yang diambilnya bahkan lebih sedikit dari
porsi sarapannya setiap pagi.
Perempuan muda itu tidak mau menyerah. Ia lalu bercerita tentang
keberhasilannya dalam bekerja. Dalam hitungan tahun di satu jari tangan,
atas hasil prestasi kerjanya sendiri, ia telah menduduki posisi penting
yang membuatnya sering harus melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Atas
biaya kantornya, ia pun akan segera melanjutkan pendidikannya.
Anehnya, ada rasa jeri di hatinya ketika kini, agenda perkawanannya
ternyata hampir seluruhnya diletakkan dalam kerangka bisnis;
ia tidak pernah lagi bersahabat dengan seseorang yang tidak memiliki keahlian atau uang,
sekalipun orang itu jujur dan enak diajak berbincang. Sebaliknya, ia lebih
memilih untuk membina hubungan baik dengan seseorang yang sulit, atau
bahkan kalau perlu, musuhnya sendiri, untuk keperluan memperluas jaringan dan
menguatkan posisinya. Baginya, bersahabat bahkan sudah menjadi bagian dari
strategi, yakni untuk mengetahui kelemahan saingannya sendiri, dan kemudian
mengalahkannya dengan elegan.
Perempuan muda itu kemudian mencoba memulai cerita tentang kehidupan
pribadinya, namun urung. Tiba-tiba ia bingung mengais-ngais kehidupan
pribadinya sendiri. Maka, ia pun ganti bertanya, "Bagaimana dengan kau
sendiri?" "Aku?" dan sahabatnya itu tersenyum. "Aku sakit. Kanker. Mungkin,
hidupku tidak lagi lama."
Perempuan itu tertegun, "Astagfirullah. Tentu kau sangat menderita."
"Secara fisik, ya," tetapi sahabatnya itu kemudian tersenyum dengan amat
indah.
"Tetapi, aku bahagia. Aneh bukan? Setidaknya, aku kini tahu bahwa pesta,
uang, kedudukan, dan semua kesenangan itu tidak pernah mengajariku lebih
baik dari pada sakitku yang menyebalkan ini."
"Memang kau belajar apa?" sergah perempuan itu.
"Aku belajar bahwa hakikat hidup itu sesungguhnya sederhana, yakni untuk
belajar mati dengan baik; mati yang tidak dibebani oleh harta atau
penyesalan apa pun, selain kecemasan kecil untuk dapat merasakan senyum-Nya
yang abadi."
pertemuannya dengan seorang sahabat yang telah lama tidak dijumpainya.
"Saya agak kesulitan untuk memulai perbincangan," kata sahabat lama perempuan
muda itu berterus terang. "Tetapi, bagaimana hidup? Apakah kau bahagia?"
Apakah ia bahagia? Malam itu adalah pesta, dan setiap orang bukan saja
berhak, tetapi wajib bahagia. Lagi pula, ia bertemu dengan sahabat lamanya,
dan disapa oleh sebuah pertanyaan impresif yang menggairahkan kesadarannya.
Jadi, bukankah ia tinggal menjawab dengan serangkaian cerita yang
membuktikan bahwa ia memang tengah bahagia?
Perempuan muda itu pun mulai menjawab bahwa ia banyak tertawa malam itu.
Mungkin karena pesta itu sendiri memang dirancang dengan ide yang amat
menarik dan dengan tujuan untuk menyenangkan semua yang hadir. Pesta itu
diadakan di tengah kebun yang dipenuhi palma dan kamboja, dengan
rumah-rumah kayu beratap rumbia, dan dilingkungi oleh persawahan khas Bali Tengah
yang bertatahkan cahaya obor di setiap sudutnya.
Ada tari-tarian tradisional yang anggun, joged Bumbung yang semarak, yang
dipadukan dengan peragaan busana kontemporer dan musik akustik. Lebih
penting lagi, ada bulan bercahaya menjelang purnama. Apa lagi?
Anehnya, perempuan muda itu merasa pipinya kelu oleh senyumnya sendiri.
Semakin tawa ria membahana di sekelilingnya, ia merasa semakin sunyi.
Dilepaskan pandangannya ke setiap meja yang dipenuhi makanan, dan ia baru
tersadar bahwa porsi makanan yang diambilnya bahkan lebih sedikit dari
porsi sarapannya setiap pagi.
Perempuan muda itu tidak mau menyerah. Ia lalu bercerita tentang
keberhasilannya dalam bekerja. Dalam hitungan tahun di satu jari tangan,
atas hasil prestasi kerjanya sendiri, ia telah menduduki posisi penting
yang membuatnya sering harus melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Atas
biaya kantornya, ia pun akan segera melanjutkan pendidikannya.
Anehnya, ada rasa jeri di hatinya ketika kini, agenda perkawanannya
ternyata hampir seluruhnya diletakkan dalam kerangka bisnis;
ia tidak pernah lagi bersahabat dengan seseorang yang tidak memiliki keahlian atau uang,
sekalipun orang itu jujur dan enak diajak berbincang. Sebaliknya, ia lebih
memilih untuk membina hubungan baik dengan seseorang yang sulit, atau
bahkan kalau perlu, musuhnya sendiri, untuk keperluan memperluas jaringan dan
menguatkan posisinya. Baginya, bersahabat bahkan sudah menjadi bagian dari
strategi, yakni untuk mengetahui kelemahan saingannya sendiri, dan kemudian
mengalahkannya dengan elegan.
Perempuan muda itu kemudian mencoba memulai cerita tentang kehidupan
pribadinya, namun urung. Tiba-tiba ia bingung mengais-ngais kehidupan
pribadinya sendiri. Maka, ia pun ganti bertanya, "Bagaimana dengan kau
sendiri?" "Aku?" dan sahabatnya itu tersenyum. "Aku sakit. Kanker. Mungkin,
hidupku tidak lagi lama."
Perempuan itu tertegun, "Astagfirullah. Tentu kau sangat menderita."
"Secara fisik, ya," tetapi sahabatnya itu kemudian tersenyum dengan amat
indah.
"Tetapi, aku bahagia. Aneh bukan? Setidaknya, aku kini tahu bahwa pesta,
uang, kedudukan, dan semua kesenangan itu tidak pernah mengajariku lebih
baik dari pada sakitku yang menyebalkan ini."
"Memang kau belajar apa?" sergah perempuan itu.
"Aku belajar bahwa hakikat hidup itu sesungguhnya sederhana, yakni untuk
belajar mati dengan baik; mati yang tidak dibebani oleh harta atau
penyesalan apa pun, selain kecemasan kecil untuk dapat merasakan senyum-Nya
yang abadi."
Monday, 17 January 2011
NOBODY'S PERFECT
Ini kisah perjumpaaan dua orang sehabat yang sudah puluhan tahun
berpisah. Mereka kangen2an, ngobrol santai sambil minum kopi di sebuah
cafe.Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal2 nostalgia zaman sekolah
dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini.
"Ngomong2, mengapa sampai sekarang kamu belum menikah?" ujar seorang
kepada temannya yang sampai sekarang masih membujang.
"Sejujurnya sampai saat ini saya masih terus mencari wanita yang sempurna.
Itulah sebabnya saya masih melajang. Dulu waktu saya di Bandung, saya
berjumpa dengan wanita yang cantik yang amat pintar. Saya pikir inilah
wanita ideal saya dan cocok menjadi istri saya. Namun belakangan di masa
pacaran ketahuan dia amat sombong. Hubungan kami putus sampai disitu.
Di Yogyakarta saya ketemu seorang perempuan yang cantik jelita ,ramah
dan dermawan. Pada perjumpaan pertama aku kasmaran. Hatiku berdesir
kencang, inilah wanita idealku. Namun belakangan saya ketahui, ia banyak
tingkah dan tidak bertanggung jawab.
Dan ketika aku di Jakarta, aku ketemu wanita yang manis, baik, periang
dan pintar. Dia sangat menyenangkan apalagi bila diajak berbicara,
selalu nyambung dan penuh humor. Tapi terakhir aku ketahui kalau dia
dari keluarga yang berantakan dan selalu menuntut. Akhirnya kami
berpisah.
Saya terus mencari, namun selalu mendapatkan kekurangan dan kelemahan
pada wanita yang saya taksir. Sampai pada suatu hari, saya bersua dengan
wanita ideal yang saya dambakan selama ini. Ia begitu cantik, pintar,
baik hati, dermawan dan penuh humor. Dia juga sangat perhatian dan
sayang kepada orang lain. Saya pikir inilah pendamping hidup saya yang
dikirim oleh Tuhan untuk saya".
"Lantas", sergah temannya yang dari tadi tekun mendengarkan "Apa yang terjadi?
Mengapa kamu tidak langsung meminangnya?".
Yang ditanya diam sejenak dan akhirnya dengan suara lirih si bujangan
itu menjawab, "Baru belakangan aku ketahui bahwa ia juga sedang mencari
pria yang sempurna".
berpisah. Mereka kangen2an, ngobrol santai sambil minum kopi di sebuah
cafe.Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal2 nostalgia zaman sekolah
dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini.
"Ngomong2, mengapa sampai sekarang kamu belum menikah?" ujar seorang
kepada temannya yang sampai sekarang masih membujang.
"Sejujurnya sampai saat ini saya masih terus mencari wanita yang sempurna.
Itulah sebabnya saya masih melajang. Dulu waktu saya di Bandung, saya
berjumpa dengan wanita yang cantik yang amat pintar. Saya pikir inilah
wanita ideal saya dan cocok menjadi istri saya. Namun belakangan di masa
pacaran ketahuan dia amat sombong. Hubungan kami putus sampai disitu.
Di Yogyakarta saya ketemu seorang perempuan yang cantik jelita ,ramah
dan dermawan. Pada perjumpaan pertama aku kasmaran. Hatiku berdesir
kencang, inilah wanita idealku. Namun belakangan saya ketahui, ia banyak
tingkah dan tidak bertanggung jawab.
Dan ketika aku di Jakarta, aku ketemu wanita yang manis, baik, periang
dan pintar. Dia sangat menyenangkan apalagi bila diajak berbicara,
selalu nyambung dan penuh humor. Tapi terakhir aku ketahui kalau dia
dari keluarga yang berantakan dan selalu menuntut. Akhirnya kami
berpisah.
Saya terus mencari, namun selalu mendapatkan kekurangan dan kelemahan
pada wanita yang saya taksir. Sampai pada suatu hari, saya bersua dengan
wanita ideal yang saya dambakan selama ini. Ia begitu cantik, pintar,
baik hati, dermawan dan penuh humor. Dia juga sangat perhatian dan
sayang kepada orang lain. Saya pikir inilah pendamping hidup saya yang
dikirim oleh Tuhan untuk saya".
"Lantas", sergah temannya yang dari tadi tekun mendengarkan "Apa yang terjadi?
Mengapa kamu tidak langsung meminangnya?".
Yang ditanya diam sejenak dan akhirnya dengan suara lirih si bujangan
itu menjawab, "Baru belakangan aku ketahui bahwa ia juga sedang mencari
pria yang sempurna".
Serbuk Kayu dan Arloji
Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja
arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji
itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat
mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk
menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran
diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi
itu.
Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun
sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat
makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat
yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu seorang anak yang
sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati
tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa
lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang
kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga
heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk
namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil
menemukan arloji itu.
"Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?", tanya si tukang kayu.
"Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya
bisa mendengar bunyi 'tik-tak, tik-tak'".
Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu.
~~~
Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama
hidup.
Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam
'kegaduhan'
arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji
itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat
mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk
menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran
diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi
itu.
Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun
sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat
makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat
yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu seorang anak yang
sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati
tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa
lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang
kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga
heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk
namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil
menemukan arloji itu.
"Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?", tanya si tukang kayu.
"Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya
bisa mendengar bunyi 'tik-tak, tik-tak'".
Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu.
~~~
Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama
hidup.
Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam
'kegaduhan'
BELAJAR SEUMUR HIDUP
Bila anda menganggap bahwa anda sudah tak perlu lagi
belajar selepas meraih ijazah sekolah, maka anda salah.
Dunia sedang berjalan semakin cepat. Manusia bekerja
semakin baik. Persoalan yang muncul semakin rumit. Anda
memerlukan berbagai ketrampilan yang baru. Bukan hanya
sebagai alat untuk meraih kemajuan. Namun untuk berada di
suatu tempat, anda dituntut untuk tahu bagaimana menjaga
posisi. Karena itu, jangan berhenti belajar.
Pelajarilah hal-hal baru dengan penuh antusias. Belajar
berarti membuka diri anda pada dunia Yang Maha Luas ini.
Belajar mengingatkan, sesungguhnya anda tak mungkin tahu
semua jawaban. Belajar mengajarkan pelajaran terpenting
dalam hidup, yaitu kerendahan hati untuk bertanya.
Memang benar, sarang burung Manyar tak mengalami perubahan
sejak berabad-abad lalu. Mungkin, hingga berabad-abad ke
depan. Juga benar, ikan Salmon mungkin takkan mengubah
perjalanannya ke sungai air tawar untuk meletakkan telur-
telur mereka. Namun, kehidupan manusia selalu berubah.
Bukan hanya dari tahun ke tahun, atau dari bulan ke bulan.
Tetapi, dari hari ke hari. Manusia akan menemukan cara-cara
terbaik bagi hidup mereka. Rahasia alam ini terlalu Maha
Besar untuk dimengerti dalam seumur yang fana ini. Anda
tidak harus mengetahui semua jawaban. Namun, anda harus
berusaha tahu apa yang terbaik bagi hidup anda. Untuk itu
anda harus belajar. Seumur hidup anda.
belajar selepas meraih ijazah sekolah, maka anda salah.
Dunia sedang berjalan semakin cepat. Manusia bekerja
semakin baik. Persoalan yang muncul semakin rumit. Anda
memerlukan berbagai ketrampilan yang baru. Bukan hanya
sebagai alat untuk meraih kemajuan. Namun untuk berada di
suatu tempat, anda dituntut untuk tahu bagaimana menjaga
posisi. Karena itu, jangan berhenti belajar.
Pelajarilah hal-hal baru dengan penuh antusias. Belajar
berarti membuka diri anda pada dunia Yang Maha Luas ini.
Belajar mengingatkan, sesungguhnya anda tak mungkin tahu
semua jawaban. Belajar mengajarkan pelajaran terpenting
dalam hidup, yaitu kerendahan hati untuk bertanya.
Memang benar, sarang burung Manyar tak mengalami perubahan
sejak berabad-abad lalu. Mungkin, hingga berabad-abad ke
depan. Juga benar, ikan Salmon mungkin takkan mengubah
perjalanannya ke sungai air tawar untuk meletakkan telur-
telur mereka. Namun, kehidupan manusia selalu berubah.
Bukan hanya dari tahun ke tahun, atau dari bulan ke bulan.
Tetapi, dari hari ke hari. Manusia akan menemukan cara-cara
terbaik bagi hidup mereka. Rahasia alam ini terlalu Maha
Besar untuk dimengerti dalam seumur yang fana ini. Anda
tidak harus mengetahui semua jawaban. Namun, anda harus
berusaha tahu apa yang terbaik bagi hidup anda. Untuk itu
anda harus belajar. Seumur hidup anda.
Yang Tersisa dari Kepingan Jiwa (NN)
Disegala kelemahanku
Diantara bulu sayap anganku yang terbakar
Disisi rapuhnya kerangka jiwaku
Disela keruntuhan egoku
Disudut ruang dan waktu yang membelenggu jasadku
Kumerintih, memelas, meminta,
Memohon, bersujud, berdoa dan bermunajat
Kepada yang memiliki segala kekuatan
Kepada yang meniupkan roh-Nya
Kepada yang meliputi segala dan tiada terbatas
Kepada yang Maha tunggal, tiada terserupai
Kepada yang menciptakan ruang dan waktu
Kepada yang tiada mampu tersifatkan
Oleh mereka yang tersifatkan
Berharap Engkau membuka gerbang nuraniku
Yang ditutupi oleh lapisan dosa yang berlapis-lapis
Hingga tiada mampu pantulkan cahaya-Mu
Yang Engkau pancarkan kepada segala ciptaan-Mu
Kebodohanku menjerumuskan aku pada lembah kenistaan
Oleh hanya kebisuan, ketulian dan kebutaanku akan ada-Mu
Kedurhakaanku membutakan aku pada kasih dan sayang-Mu
Oleh hanya godaan si laknat dan terlaknat
Keangkuhanku dari jiwaku yang telah membatu
Oleh hanya sekelumit nikmat-Mu
Membuatku terlupa pada keagungan-Mu
Masihkah Engkau menganggapku hamba-Mu ?
Ataukah Engkau berpaling,
Sambil menyiapkan azab-Mu tanda kemurkaan-Mu
Kepada aku yang tertutupi kedurhakaan ?
Jika Engkau berpaling dan murka
Pada siapa ku meminta keselamatan selain Engkau wahai sang Maha Pengasih ?
Pada siapa ku memohon kedamaian selain Engkau wahai sang Maha Penyayang ?
Pada siapa ku berharap belas kasih dan keridhaan selain Engkau wahai sang Maha Mutlak ?
Adakah yang lebih indah selain kelembutan-Mu ?
Adakah yang lebih mulia selain keagungan-Mu ?
Adakah yang lebih nikmat selain anugerah-Mu ?
Jasadku yang lancang berharap kemurahan-Mu
Hatiku yang pekat rindukan cahaya-Mu
Jiwaku yang kotor memohon curahan kesucian-Mu
Ya Rahmaan, Ya Rahiim, Ya Nuur, Ya Quddus
Diantara bulu sayap anganku yang terbakar
Disisi rapuhnya kerangka jiwaku
Disela keruntuhan egoku
Disudut ruang dan waktu yang membelenggu jasadku
Kumerintih, memelas, meminta,
Memohon, bersujud, berdoa dan bermunajat
Kepada yang memiliki segala kekuatan
Kepada yang meniupkan roh-Nya
Kepada yang meliputi segala dan tiada terbatas
Kepada yang Maha tunggal, tiada terserupai
Kepada yang menciptakan ruang dan waktu
Kepada yang tiada mampu tersifatkan
Oleh mereka yang tersifatkan
Berharap Engkau membuka gerbang nuraniku
Yang ditutupi oleh lapisan dosa yang berlapis-lapis
Hingga tiada mampu pantulkan cahaya-Mu
Yang Engkau pancarkan kepada segala ciptaan-Mu
Kebodohanku menjerumuskan aku pada lembah kenistaan
Oleh hanya kebisuan, ketulian dan kebutaanku akan ada-Mu
Kedurhakaanku membutakan aku pada kasih dan sayang-Mu
Oleh hanya godaan si laknat dan terlaknat
Keangkuhanku dari jiwaku yang telah membatu
Oleh hanya sekelumit nikmat-Mu
Membuatku terlupa pada keagungan-Mu
Masihkah Engkau menganggapku hamba-Mu ?
Ataukah Engkau berpaling,
Sambil menyiapkan azab-Mu tanda kemurkaan-Mu
Kepada aku yang tertutupi kedurhakaan ?
Jika Engkau berpaling dan murka
Pada siapa ku meminta keselamatan selain Engkau wahai sang Maha Pengasih ?
Pada siapa ku memohon kedamaian selain Engkau wahai sang Maha Penyayang ?
Pada siapa ku berharap belas kasih dan keridhaan selain Engkau wahai sang Maha Mutlak ?
Adakah yang lebih indah selain kelembutan-Mu ?
Adakah yang lebih mulia selain keagungan-Mu ?
Adakah yang lebih nikmat selain anugerah-Mu ?
Jasadku yang lancang berharap kemurahan-Mu
Hatiku yang pekat rindukan cahaya-Mu
Jiwaku yang kotor memohon curahan kesucian-Mu
Ya Rahmaan, Ya Rahiim, Ya Nuur, Ya Quddus