Asri Salam ( Acchi )

Thursday, 15 October 2020

Undang-undang Cacat Nalar

 

Bagi yang pernah berkutat dengan skripsi pasti tahu cara penyusunan skripsi, karena dibekali dengan panduan dan didalam panduan semua diatur mulai dari judul, sub judul ukuran font model font jarak spasi antara judul dan sub judul, letak bab sampai hipotesis dan referensi, semua ada tata caranya.


Lalu mencoba membandingkan dengan yang dilakukan DPR terhadap perlakuan undang-undang yang mereka buat ketika akan dibukukan, pertanyaannya apakah mereka tidak punya panduan dalam pengetikan?.


Sehingga versi yang keluar kepublik berubah-ubah.


Penyusunan penulisan undang-undang memang tidak sama dengan penyusunan penulisan skripsi, tapi setidaknya punya standar baku dan panduan penyusunan dalam penulisan karena ini menyangkut hidup hajat banyak orang, aturan untuk negara, pemerintah dan warga negara ini.


Maka sangat wajar Rakyat, Mahasiswa, Buruh, Akademisi, Ormas, Dan lainnya mempertanyakan, dan bila pertanyaan tidak terjawab dengan baik, apalagi jawaban tidak masuk akal, susah diterima nalar, jawaban yang plongo-plogo. 


Maka akan timbul kecurigaan besar. Apalagi proses prosedurnya yang cacat karena anggota dewan sendiri tidak menerima draftnya, pelaksanaan terkesan terburu-buru dan grasa-grusu, sampai microphone dimatikan, kecurigaan soal pasal selundupan bisa jadi benar karena untuk membandingkan susah. Hehehe


Acchi

12:16 AM





Monday, 12 October 2020

Abnormal Omnibuslaw

Abnormal baru.

Fitnah disebar setelah terjepit.

Narasi Hoax disembur padahal pembanding pun belum kelar.

Respon rakyat dilabeli hoax.

Kambing hitam jadi andalan.

Meskipun mereka sendiri belum tentu khatam dengan draf berhalaman-halaman dan ragam versi.


Pasukan skuad buzzeRp digerakkan bergerilya.

Sok cerdas bertanya tentang pasal-pasal kemudian diviralkan. 

Padahal belum tentu juga mereka paham.

Masa lalu demonstran diulik habis

Sampai outfit dan tunggangan dipreteli.


Mengintimidasi yang tertangkap.

Membunuh karakter yang lantang bersuara.

Memonopoli kebenaran, seolah pemilik tunggal kebenaran.


Ironi di negeri demokrasi.

Suara dipaksa untuk seragam.

Padahal kita beragam.


Acchi

03:36 AM



Sunday, 11 October 2020

Narasi setelah penolakan undang-undang Cilaka Omnibuslaw

 Narasi yang dimunculkan setelah aksi penolakan undang-undang Cilaka Omnibuslaw.


"Hoax,Anarko,Ditunggangi,Disponsori,Dll"


Sementara substansi permasalahan undang-undangnya sendiri terpinggirkan, undang-undang konon katanya ketebalan sampai 900an halaman bahkan versi lain 1000an halaman, draft finalnya masih kabur, bahkan saat pengesahan saja anggota dewan tidak mendapatkan copyan jangankan selembar dua lembar satu huruf dua huruf pun tidak, apalagi rakyat biasa mengakses saja masih susah, pengesahan undang-undang dari prosedur sudah cacat, outpunya yang dipaksakan dan tergesa-gesa sudah pasti abnormal.


Yang menyodorkan sampai yang ketok palu dan yang matiin mic belum tentu khatam membaca undang-undang itu, lalu rakyat disuruh membaca sementara kawannya sendiri separlemen belum dapat copyan finalnya.


Ini pertanda ambyar lagi, kasus undang-undang KPK akan terulang kembali, tahu sendiri nasib institusi KPK sekarang kewenangannya terpangkas banyak ditinggal pegawainya, nextnya akan menyusul RUU HIP "Trisila Ekasila" yang akan digodok.


Sementara MK yang akan dijadikan jalan mencari keadilan terakhir sepertinya percuma juga track record hakim-hakimnya kredibilitas diragukan mengingat dari latar belakang keterpilihannya.


Acchi

11:46 AM



Friday, 9 October 2020

Gelombang Penolakan Undang-Undang Omnibuslaw

Harusnya polisi memaksa anggota dewan keluar untuk menemui rakyat yang berdemonstrasi, biar aspirasinya tersalurkan, bukan menutup pagar lalu dibentengi dengan tameng dan pentungan, tidak bosankah kalian diperhadapkan terus-menerus dengan rakyat, kalau rakyat tidak boleh masuk untuk berbicara, maka bantu rakyat untuk menyeret keluar wakilnya untuk menemui rakyatnya diluar dibalik tembok pagar.

Gelombang aksi massa/rakyat dari buruh mahasiswa sampai anak sekolahan adalah panggilan nurani meskipun pemerintah dan buzzeRp influencernya menuduh bahkan cenderung memfitnah gerakan ini ditunggangi dibiayai didompleng atau apapun istilah yang mereka buat.


Pemerintah dan DPR tidak sadar bahwa gelombang massa ini muncul karena ulah mereka sendiri yang terlalu memaksakan undang-undang ini padahal urgensinya tidak penting-penting amat apalagi kondisi seperti saat ini dimasa pandemi corona, yang malah justru pandemi ini yang harus fokus utama dikerjakan penaganannya.


Undang-undang yang dipaksa lahir akhirnya lahir secara premature, bahkan saking prematurenya draftnya yang masih diutak-atik dipaksakan untuk ketuk palu, sidangnya dipercepat dan berlindung dibalik corona, mungkin karena sudah ada instruksi dan sudah ada yang kebelet menerapkan.


Pengalaman beberapa bulan lalu atau setahun lalu ketika terjadi aksi massa penolakan undang-undang KPK, Rakyat dan Mahasiswa kalah dalam perjuangan bahkan sampai ada yang meninggal karena kena tembak dan digebukin, pengalaman itu bisa dijadikan pelajaran akhirnya saat ini produk undang-undang KPK mampu membuat mandul institusi KPK ini, pegawainya banyak yang mundur, gaungnya terhadap penegakan hukum atas korupsi sudah memudar.


Gelombang massa kali ini harus terarah tujuannya, suara harus terus diperdengarkan meskipun para pembuat kebijakan dan pembuat undang-undang itu terlalu tangguh untuk dilawan karena semua sektor sudah mereka kuasai, bahkan untuk melalui jalur judicial review di MK adalah keniscayaan dengan melihat track record para hakim-hakimnya.


Semoga perjuangan kaum terpelajar dan buruh ini tidak masuk angin tidak timbul tenggelam, apalagi jangan sampai ada aktivisnya yang terbeli di imingi jabatan harta tahta dan uang.


Acchi

12:56 AM

Tangan Besi Dibalik Undang-undang Cilaka Omnibuslaw

Saking superiornya orang-orang dibalik lahirnya undang-undang Cilaka Omnibuslaw ini, semua potensi digerakkan untuk melibas yang menolak.

Ormas-ormas sekaliber Muhammadiyah dan NU yang bersuara pun dikacangin, pembungkaman pakai tangan aparat dengan surat telegram rahasia dan atas nama pandemi corona dijadikan cara sakti menghentikan pergerakan.

Tak perlu heran jalur musyawarah dilembaga resmi dan terhormatpun microphone bisa dimute/matikan biar suara lantang itu tak terdengar menggelegar. Dan brengseknya lagi ketika dikatakan mati otomatis sementara kamera tv yang live breaking news tak mampu berbohong ketika jari tangan ibu ketua menyorot secara sempurna menekan tombol.

Sementara buzzer influencer peliharaan yang kecipratan dana milyaran juga terus digenjot mencounter sesuai hasil brefing, dan anehnya terkadang konteksnya menyerang pribadi dibanding mengcounter isu-isu krusial dan apesnya bila kalah argumen, jurus andalan keluar melapor ke tuannya.

Tidak bosankah kalian terus membelah suara rakyat, mempersulit rakyat, hanya demi ambisi dan ego serta kepentingan cukong, bukankan undang-undang sepatutnya lahir dari ide-ide cemerlang dan serapan aspirasi dari akar rumput, bukan by order oleh cukong dan kepentingan oligarki, harusnya wajah yang kalian tampilkan masih sama dengan wajah memelasmu saat kalian butuh suara, saat kalian butuh nama dan fotomu ditusuk paku dibilik dan dimasukkan dikardus bergembok.

Acchi                                                                         12:46 AM



Friday, 2 October 2020

Kisah Uwais Alqarni

 Secercah dari khutbah Jumat: Tadi khatib mengisahkan kisah Uwais Alqarni yang menggendong ibunya berhaji karena lumpuh, perjalanan yang ditempuh tidaklah mudah karena harus melewati padang tandus, dan berkilo-kilometer jaraknya karena berangkat dari Yaman ke Makkah, biasanya orang-orang zaman itu mengendarai onta untuk bepergian, namun karena uwais hanya pemuda miskin dan yatim sudah lama ditinggal pergi bapaknya, penghasilannya dari menggembala lembu milik majikannya hanya untuk kebutuhan Ia dan Ibunya bahkan terkadang harus berpuasa karena tak punya makanan.

Sementara hasrat Ibunya untuk berhaji harus dia penuhi demi berbakti pada orang tuanya, apalagi sudah tua dan lumpuh, sebelum musim haji tiba Uwais latihan dengan menggendong anak lembu yang dibeli dari sisihan simpanannya, lembu digendong ke gunung pulang balik tiap hari selama beberapa bulan, hingga orang-orang yang kepo mencibirnya dan mengatakan Uwais gila.


Tiba saatnya musim haji berangkatlah Uwais dengan menggendong Ibunya, berbekal dari latihan beberapa bulan sebelumnya, jarak dan padang pasir dilewati siang dan malam dilalui, hingga akhirnya tiba di Makkah tentunya dengan perasaan yang mengharu biru kemudian melakukan ritual haji, setelah mengerjakan rukun dan wajib haji dan syarat-syarat lainnya.


DiAkhir rangkaian hajinya Uwais berdoa pada Allah, "Yaa Allah Kabulkan Doa Ibuku" Ibunya mendengar doa Uwais lalu bertanya pada Uwais kenapa kamu lupa mendoakan juga dirimu lalu Uwais berkata  Kalau doa Ibu dikabulkan Insya Allah Ridhonya Allah juga menyertaiku.


Kemudian khatib menutup khutbanya dengan mengatakan "Kita berbakti pada orang tua bukan karena kita dilahirkan, disusui, dinafkahi, dan dibesarkan tapi karena perintah Allah SWT".


*Nb : Tulisan diatas ada sedikit Improvisasi dari saya pribadi tidak semuanya keluar dari ucapan Khatib, seperti kata "Kepo, Mengharu Biru". 


Acchi

10:36 PM

Purnama Menawan

 Purnama tampil menawan malam ini, berhembus angin meniup awan yang sekali-kali  melintas menutupi cahayanya, disebelah timur lautnya terlihat cahaya terang kuning, mungkin itu bintang, galaxi, bisa jadi planet, ataukah stasiun luar angkasa ISS yang sedang melintas diorbit, dan satu lagi mungkin juga itu adalah layangan yang diberi lampu karena samar-samar terdengar bunyi pitu-pitu yang biasa dipasang dilayangan dari rautan rotan.

Keindahan yang disajikan Tuhan, suara alunan alam yang merdu, udara sejuk melimpah, teramu menjadi satu yang mampu menyejukkan jiwa.


Fabiayyi Aalaai Rabbikumaa Tukadzzibaan.


Semoga dengan rasa syukur dari sajian Tuhan, menjadikan orang-orang yang bersyukur, termasuk orang dalam golongan yang dipanggil kelak.


Yaa Ayyatuhan Nafsul Mutmainnah Irjii ILaRabbiki Radiyatam Mardiyah Fadkhuli Fii ibadi Wadkhuli Jannatii.


Acchi
10:26 PM