Berawal dari ketika membuka Facebook dan melihat pemberitahuan, cek satu persatu dan pada akhirnya sampai pada satu Grup Alumni IKAPEM Almamaterku dulu dan ada satu yang menuliskan status di Beranda Grup itu yang menginspirasi saya untuk menuliskan kisahku yang berkenaan dengan hal tulisan itu yang pernah kualami dan mungkin juga dengan santri/santriyah pernah mondok disana.
Disana saat itu ada masa yang dinanti-nantikan yaitu ketika menjelang libur, baik itu libur mingguan maupun libur panjang seperti libur setelah ujian caturwulan atau libur Ramadan hingga usai lebaran Idul Fitri serta libur lebaran Idul Adha.
Libur Mingguan itu adalah Libur disaat hari Jumat kalau sekolah diluar pada umumnya libur dihari Ahad, jadi para anak pondok putra maupun putri diberikan libur itu pada hari kamis Siang atau Sore dan datang kembali esok harinya yakni hari Jumat, dan Santri yang masih baru tentu harus ada penjemput dulu baru bisa mendapatkan Izin, yang sudah senior biasanya sudah dapat izin pulang sendiri, dan libur ini hanya dijatah satu kali dala sebulan kecuali ada pengecualian yang mendesak dan perlu.
Untuk Libur setelah ujian caturwulan atau penaikan kelas bahkan libur Ramadhan adalah libur yang paling dinantikan karena durasinya atau masa liburnya yang panjang bisa seminggu hingga sebulan lebih untuk libur Ramadhan, dan biasanya sebelum libur ini ada masa jeda menunggu isian nilai Raport dan waktu-waktu yang kosong itu biasanya diadakan Porseni antar Asrama atau antar kelas yang juga melibatkan Dewan Guru dan staf kepesantrenan, untuk bertanding dan berlomba.
Setelah itu usai semua barulah kita bisa bersiap-siap untuk pulang kampung dan ini prosesnya kadang gampang-gampang susah setelah mendapatkan izin dari wali asrama/kelas yang sudah ditanda tangani dibuku penghubung juga masih ada satu lagi proses yakni untuk ditanda tangani pengurus Bagian Keamanan atau Kismul Amni kami menyebutnya, yah juga prosesnya tidak gampang-gampang amat karena kadang diperlukan kesabaran untuk menunggu wejangan,pesan-pesan hingga pesanan para pengurus seperti bawa kopi susu atau kue-kue atau makanan dan buah khas dikampung.
Setelah itu barulah kami bisa pulang meskipun kadang ada juga teman yang tinggal dipondok kalau hanya libur seminggu karena kampungnya jauh seperti di Pomala, Kolaka, Kendari,Ambon, Ternate, Tual, Nunukan, Tarakan dan daerah lain di maluku dan kalimantan, dan kadang ada pula juga teman yang jauh-jauh itu kampungnya ikut ke kampung-kampung kami yang hanya sekitaran Sulawesi Selatan.
Kenikmatan libur yang dirasakan dikampung biasanya tak terasa sudah akan berakhir bila yang mingguan jelas terasa sangatlah begitu singkat, tak ubahnya yang mingguan, yang berasa dikit yang libur panjang Ramadhan tapi ini juga kita sebagai Santri/Santriyah kadang diberi tugas untuk mengisi safari Ramadhan untuk ceramah di Masjid atau Mushallah dikampung sebagai Dai Cilik kadang juga diisi dengan acara pengajian dan Buka puasa bersama bagi yang mempunyai Konsulat Kedaearahan seperti Konsulatku BABULYAR (Bantaeng,Bulukumba,Selayar) yang Rutin melakukan itu dan digilir dari rumah teman yang satu dan lainnya, disana Ada beberapa Konsulat Seperti BOSOWASI, EROPA, JENTAGO, YUPHI, LUSEL,dll yang semuanya singkatan nama daerah yang digabung, dan kalau LUSEL adalah daerah Luar Sulawesi.
Dan yang menegangkan bila Libur itu usai dan deadline untuk masuk pondok karena ada perasaan yang bercampur bermacam rasa yang berkecamuk dalam dada dan pikiran, karena ada yang mengibaratkan kembali lagi kepada rutinitas yang membelenggu yang penuh dengan aturan dan segala hal lainnya, dan termasuk itu yang dikatakan Dumba2 (Deg-degan) saat melihat ma’had dari ketinggian yang ditulis Tachyuddin Tahir di beranda facebook yang menginspirasi tulisan ini.
Sebab Kenapa..? pengalaman pribadi seperti yang saya alami sudah barang tentu perasaan itu ada karena kita akan kembali seperti terpenjara dengan rutinitas yang padat selama 24 jam penuh setiap hari dengan penuh aturan.
Perasaan itu bermula ketika hendak meninggalkan rumah makanan sudah hambar lagi meskipun itu apa makanannya, sesampai di pasar sentral makassar ambil Pete-pete(angkot) ke Mandai langkah seperti berat untuk naik angkot dan yang paling menegangkan ketika sudah sampai ditikungan lapangan Golf Biringkanaya dan melihat dua Billboard besar Iklan Kecap dan Plan Lapangan Golf air mata seperti ingin keluar, apalagi bila sudah kelihatan Kubah Masjid dan Asrama yang berbaris, makin berkecamuklah perasaan didada ini kadang juga diikuti dengan keringat lembab, Hahahahaha
Setelah sampai kaki makin terasa berat untuk turun diangkot, dan setelah bayar mulai melangkah dengan langkah yang berat menuju pintu gerbang dengan perasaan yang belum juga turun tensinya, mata liar menatap seluruh sudut-sudut pondok tapi yang paling menegangkan ketika melihat kantor IRM itu apalagi disana ada yang nongkrong pengurus yang menanti pesanannya itu (oleh-oleh).
Sampai diasrama setelah merapikan pakaian dan lain-lain melapor kedatangan sambil bawa pesanan para pengurus juga harus melapor diwali Asrama/Kelas dan bila telat sudah barang tentu ada sanksi yang menanti bila alasan yang dikemukakan tidak masuk Akal, maka siap-siaplah Kepala dibotakin.. Hahahaha
Itulaha Ma’hadku mau libur aja penuh perjuangan untuk dapat Izin hingga datang pun penuh dengan perasan yang campur aduk.
Acchi.. 08 : 17 PM
Baca juga seri sebelumnya disini :
- http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/02/08/suatu-ketika-di-sekolah-berasrama-gombara-437380.html
- http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/02/09/suatu-ketika-di-sekolah-berasrama-gombara-ii-437612.html
- http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/02/19/suatu-ketika-di-sekolah-berasrama-gombara-iii-440487.html
- http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/11/25/suatu-ketika-di-sekolah-berasrama-iv-511724.html
- http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/11/28/suatu-ketika-di-sekolah-berasrama-gombara-part-v-edisi-nama-masjid–512335.html
- http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/12/24/suatu-ketika-di-sekolah-berasrama-gombara-part-vi-edisi-mengenang-dg-mabe–519357.html
- http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/01/27/suatu-ketika-di-sekolah-berasrama-gombara-part-vii-edisi-mengenang-kiyai-khalid-529054.html