Lagi - lagi ada hal unik yang kutemukan dikota kecil ini, baru berhitung bulan ku berdomisili hal-hal unik banyak yang kurasakan dan kudapatkan.
Tapi saat ini yang ingin kuceritakan adalah pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain yang mereka alami seperti yang ku alami, pada suatu ketika saya berbelanja dengan uang recehan Rp 100 dan Rp 200 untuk menambah uang Seribuan dan Dua ribuan yang saya bawa, ternyata toko klontong itu tak menerima uang recehan seratus dan dua ratus saya, saya bertanya kenapa..? penjual itu menjawab karena uang seratus dan dua ratus rupiah itu tidak diterima ditoko besar (grosiran) dan juga dipasar, kemudian ku bertanya lagi dengan alasan apa..? Penjual itu hanya mengatakan tidak tahu yang penting uang seratus dan dua ratus tidak diterima lagi kalangan penjual ditoko dan dipasar.
Akhirnya dengan alasan itu aku mencoba cari tahu dan bertanya kepada orang-orang dan ternyata memang benar hampir semua orang yang kutemui dan kutanyakan jawabannya sama,kemudian ada satu jawaban lain yang kudapat ketika Ia memberi saya jawaban dengan jawaban bahwa barang disini hampir tak ada lagi harga dari barang dengan harga seratus duaratus rupiah karena permen saja limaratus rupih tiga biji dan barang lain seperti cemilan-cemilan kecil minimal harga limaratus dan sampai seribu, lalu kucoba ke Alfa midi untuk berbelanja dan yang ternyata yang kudapatkan dari kembalian belanjaanku dengan sisa Rp 300 diganti dengan permen.
Dengan fenomena seperti ini yang kudapat maka pihak terkait harus memberi perhatian fenomana kecil seperti ini, paling tidak ada semacam pencerahan dan pengumuman berkaitan hal ini agar tak ada kerancuan dalam masyarakat dan atau pihak BI (Bank Indonesia) selaku pihak yang mengatur peredaran uang agar memberikan perhatian dari fenomena ini atau sekalian uang seratusan dan dua ratusan sekalian tak usah diedar di kota kecil ini dan yang sudah beredar agar ditarik saja dari peredaran, cukup nominal limaratusan saja yang paling kecil dan minimal yang beredar.
Info ada di Acchijie…