Di waktu setengah pagi dan menjelang siang Si Bocco yang bekerja di suatu tempat didaerahnya di tugaskan oleh pimpinannya untuk pergi menagih uang dari hasil kerja yang telah tertunaikan dikantornya kepada seseorang yang bernama Si Acang yang telah menggunakan jasa dari kantor Si Bocco.
Bergegaslah dengan motor butut yang masih mengkilap dengan melewati tiga trafick light, berselang tak lama kemudian sampailah Si Bocco di Tempat Si Acang diparkir dan standarlah motor Butut itu di depan rumah Si Acang, setelah motor terparkir bergegaslah melangkah dan masuk karena halaman rumah Si Acang pagarnya tidak tertutup, Ternyata Si Acang lagi memegang Selang air mungkin baru selesai menyiram bunga.
Si Bocco datang dengan penampilan naturalnya sambil menggendong tas dipunggungnya datang menyapa Si Acang dengan senyum dan salam, tapi respon Si Acang kurang begitu simpati karena mungkin tahu diri akan di tagih hutangnya, tanpa basa-basi Si Acang mengambil jurus klasik untuk menunda bayar hutang yaitu dengan marah duluan.
Berkatalah Si Acang saya tidak suka ditagih nanti kalau sudah ada nanti saya akan bayar, tanyakan saja dulu pada Bosmu, saya juga tidak suka didesak seperti ini, dan saya juga tidak suka gayamu yang terlalu beribawa masuk dari halaman rumahku, kamu itu ibarat Debt Collector saja, dengan nada suara yang tinggi dan cenderung siap untuk memukul.
Si Bocco yang tadinya sopan dan satun mulailah emosinya juga naik, karena di katakan sebagai Debt Collector dan terlalu beribawa, namun soal terlalu beribawa masih dianggap positif karena Si Bocco berpikir masih ada saja orang yang menilainya beribawa dan itu adalah baik menurutnya, tapi soal Debt Collector itu iya juga marah karena sebenarnya iya bukan berprofesi seperti tapi hanya staf biasa yang kebetulan disuruh untuk menagih hutang.
Tapi dengan latar belakang pendidikan yang baik dan berpengalaman mengelolah emosi Si Bocco kembali menenangkan diri dan juga menenangkan Si Acang dan berkata kita jernihkan dulu pikiran dan mendinginkan hati, kemudian sampaikan alasan yang bisa saya sampaikan pada pimpinanku kata Si Bocco, kemudian berceritalah dan mengutarakan alasannya Si Acang dan di dengar Si Bocco untuk disampaikan kepada pimpinanya.
Setelah semua itu bergegaslah untuk kembali kekantor dengan pamit tanpa salam karena Si Acang masih menyisahkan sisa-sisa emosi, Si Bocco keluar dan menstarter motor dan beranjak pergi.
Ditengah perjalanan dengan mengendarai motor yang agak melambat sambil merenungi kata-kata Si Acang tadi tentang beribawa Si Bocco bertanya dalam hati "kok" ada orang yah yang tidak suka kalau ada orang yang beribawa dan santun menemui orang yang seperti tadi itu.? tapi dalam hati dan pikiran Si Bocco itu adalah pelajaran dan juga mungkin Si Acang itu adalah orang yang lagi patah pensil yang juga mencoba bertahan hidup beserta takanan hidup dan problematikanya sendiri.
Dan di kantor bos Si Bocco menunggu untuk mendengar kabar berita dari Si Acang..