![]() |
Masjid Syekh Abdul Gani |
Berawal dari melihat postingan di Facebook Grup Info Bantaeng, akhirnya saya coba mengecek lebih jauh, ternyata di portal berita Kemenag Sulsel juga ada beritanya.
Bahwa Pak Nurdin Abdullah didaulat menjadi Ketua pengurus Masjid Agung Syekh Abdul Gani Bantaeng.
Harapan saya,_ semoga Masjid Agung bisa lebih maju lagi ditangan beliau, semoga ada gebrakan fundamental, yang tidak saja sebatas untuk kegiatan ibadah ritual harian semata, tapi ada kegiatan-kegiatan lain seperti kajian dakwah, kegiatan sosial, dan ekonomi keummatan di dalamnya yang mengarah untuk kemakmuran masjid beserta jamaahnya. Di Indonesia sendiri sudah banyak masjid yang melibatkan jamaah dan masyarakat sekitarnya berkolaborasi demi kemakmuran masjidnya, seperti Masjid Jogokariyan, Nurul Ashri yang viral di media sosial yang ada di Yogyakarta.
Masjid Agung ini secara fisik bangunan setelah di renovasi sudah cukup eloklah dipandang mata, interior terkesan mewah dengan warna cream coklat hitam, fasad eksterior berlapis ACP menambah kesan yang elegan, diluar ada menara baru dengan lampu sorot yang bisa berganti-ganti warna.
Namun secara pribadi saya punya masukan, yang menurut saya perlu sedikit pembenahan, kalau di interior masjid lafadz-lafadz kaligrafi Asmaul Husna beberapa lampunya sudah mati perlu dinyalakan kembali, di ruang wudhu yang didepan yang paling sering dipakai, terutama toilet kencingnya dan ruang kamar mandi WC-nya mungkin perlu sedikit sentuhan dan pembenahan biar kelihatan lebih bersih dan sepadan dengan ruang interior masjid. Begitupula tempat wudhu di parkiran motor yang terlalu rendah, jadi orang berwudhu terlalu membungkuk sementara didepannya gotnya tanpa penutup, mungkin perlu dinaikkan pipanya kemudian gotnya ditutup besi teralis, biar ada pijakan kaki.
Untuk sound system sepertinya terlalu bergema dan mendengung, bahkan saya masih ingat ketika Ustadz Das’ad Latif datang ceramah saat itu, juga sempat menyoroti sound system yang katanya echonya trouble terlalu tinggi, sehingga suara tidak begitu jelas bisa didengar oleh jamaah.
******
Masjid & Mushallah, terkadang terlalu fokus pada interiornya, dinginya AC dan kencangnya kipas angin, empuknya karpet, terangnya lampu, dll, sehingga terkadang lupa pada pembenahan seperti tempat wudhu, toilet dan WC-nya, padahal area ini adalah starting point untuk beribadah, awal untuk melakukan thaharah, bersuci serta mensucikan diri dari hadast dan najis.
Terkadang kita merasa risih juga bahkan jijik kalau menemukan tempat wudhu dan toilet yang tidak begitu terawat, tegel & keramiknya sudah menghitam karena kerak, ada yang berlumut, seperti lama tidak pernah kena portex, ada beberapa Masjid di jalan poros kota Bantaeng ini, terkadang tempat wudhunya tidak ada batas sucinya, orang leluasa pakai sandal di tempat wudhu, ada yang WC-nya buntu, bahkan ada yang WC-nya terlalu tinggi, tempat kencingnya bau pesing (parru_na kowdonge), kran airnya rusak, bahkan ada yang airnya sampai muncrat-muncrat, tempat wudhu Ikhwan (pria) dan akhwat (wanita)_nya tergabung tidak terpisah, toilet kencingnya terbatas, apalagi kalau hari Jumat antrian bisa terlalu panjang sementara khatib sudah khutbah.
Persoalan ruang thaharah ini perlu perhatian, apalagi masjid yang tidak ada marbot dan OBnya, pesan-pesan informatif perlu diperjelas batasan dan larangannya, karena terkadang masih ada jamaah dan pengunjung masjid masih membuang puntung rokok sembarangan diarea tempat wudhu, belum lagi stiker iklan jualan karpet dan mobil yang tertempel, merusak pemandangan ditempat wudhu. Pengurus-pengurus masjid terkadang lalai memperhatikan, karena faktor kebiasaan terbiasa sudah dalam keadaan berwudhu dari rumah kalau hendak beribadah, jadi buat pengurus, sesekali juga berwudhu di tempat wudhu masjid biar bisa melihat, merasakan sendiri kondisi dan sensasinya. Apalagi ruang bersuci ini terutama masjid mushallah di jalan poros itu dipakai orang-orang yang lewat, para musafir yang melintas singgah shalat dan istirahat.
Terakhir saldo-saldo masjid yang dihimpun dan bersumber dari dana celengan sumbangan jamaah, beberapa penceramah sudah menyampaikan, janganlah terlalu banyak saldo yang mengendap di bank-bank, cukup yang disimpan adalah sebagai dana jaga-jaga dan dana talangan sebulan dua bulan untuk membayar honorium Imam dan marbot, beserta listrik dan air, selebihnya langsung saja belanjakan alat-alat kebersihan, beli portex, beli lampu kalau ada yang mati, beli kran pengganti yang rusak, beli air mineral untuk jamaah, mengganti Alquran yang sudah robek, atau melaundry rutin fasilitas umum seperti sarung dan mukena, beli sandal pengganti buat sandal-sandal jamaah yang terkadang masih sering hilang, dan kebutuhan lain yang memang perlu dan layak untuk disegerakan. 🙂🙏
Acchi
10:06 AM