Asri Salam ( Acchi )

Tuesday, 2 April 2024

Pramuka

Foto Google

Menteri Pendidikan bikin gebrakan lagi, dan untuk kesekian kalinya gebrakan kategori ngawur seperti ini masih terus ada, dan bisa jadi akan di revisi lagi karena banyaknya penolakan.

Kemarin ada isu mata pelajaran agama mau di hapus di kurikulum, dan sepertinya isu ini sengaja dilempar untuk test the water, kalau ribut dan gaduh berarti batal dan siap untuk di klarifikasi dengan berbagai macam alasan.


Kali ini Pramuka juga kena senggol, kabarnya akan dihapus jadi kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah mungkin akan di jadikan Sunnah saja, namun seperti biasa karena riuh maka muncullah klarifikasi, pembelaan dan cuci tangan.


Pramuka ini kegiatan positif, saya sendiri merasakan mulai dari SD dengan status paling dasar “Siaga”, dan belajar berkegiatan baris berbaris, upacara, pelatihan kekompakan dan kerjasama tim sampai kegiatan berkemah bakti.


Di Madrasah pun demikian, saat sudah jadi penggalang dan penegak, meskipun saya terkadang lebih banyak bolos ikut latihan terutama latihan baris berbaris, Morse dan semaphore, karena kalau sore hari saya terkadang lebih memilih bermain bola, namun saya termasuk yang jarang alpa kalau kegiatan Pramuka yang kegiatan  outdor terutama berkemah, bakti sosial, jambore, jelajah alam, mandi lumpur, sampai jurit malam pun selalu siap dan berani.


Pramuka ini sisi positifnya banyak, karena semua bidang ilmu mata pelajaran bisa diwadahi dalam satu kegiatan di Praja Muda Karana ini, seperti contoh yang saya sebut diatas, ternyata ada kawan saya yang suka ikut latihan Morse, baris berbaris, kibar kibarkan bendera atau semaphore, itu dikelas rata-rata yang punya kedisiplinan tinggi, kaki bajunya selalu masuk dalam celana, dan jago pelajaran matematika, kimia, sampai fisika, dan ada pula kawan saya juga yang sabar pendiam dia lebih sering jaga markas, jadi piket korve tenda, pandai masak dan bersih-bersih pula.


Sementara ada juga kawan saya yang suka molor, tapi berani fight dengan tikus, ular, anjing, begitu pula yang  suka tali-temali, membuat struktur dari tongkat, dan dia dari kampungnya sudah terasah skilnya karena terbiasa pegang tali, parang, jenis kayu-kayuan dan macam-macam buah-buahan pun dia paham terutama mana yang mengkal dan matang, dan saya perhatikan dikelas mereka ini biasa-biasa saja, tapi mereka punya nalar, feeling, indra penciuman dan inovasi yang kuat.


Jadi coba bayangkan kumpulan orang-orang berkarakter berbeda-beda seperti itu disatukan dalam satu tenda besar kemah dengan organisasi yang di namakan kepanduan Pramuka, tentu akan menghasilkan warna yang beragam, dan kami pun terbukti, meskipun tidak selalu mesti juara satu, tapi sering membawa pulang Thropy, mengangkat piala, mengharumkan nama sekolah meskipun disecarik sertifikat penghargaan.


Kalau kegiatan seperti ini terdegradasi, mau dihilangkan jejaknya, lalu model seperti apa pengganti eskul yang akan di tawarkan Si bapak Menteri…?. Pak Menteri ini harus tahu bahwa Pramuka itu “Bisa Kita Bikin Romantis”. 🤭


*****

Nb :

Untuk sekarang ini khususnya di sekolah-sekolah, madrasah, dan pondok Muhammadiyah, Kepanduan Hizbul Wathan kembali dihidupkan di sekolah, setelah sebelumnya untuk kepanduan terutama di zaman orde baru di seragamkan semua jadi Pramuka.


Acchi

06:06 AM