Asri Salam ( Acchi )

Thursday, 17 August 2023

Telepon Rumah


Telepon rumah di gambar/foto diatas, semenjak tahun 1992/1993, bahkan nomornya masih ada tertempel. Perlu lama bahkan sampai berbulan-bulan baru terpasang, semenjak mengajukan permohonan pemasangan baru, dikarenakan menurut Telkom saat itu jalur dirumah kami belum ada jalur tiangnya.

Ibu saya pernah bilang, biaya pemasangan sekitar Rp 600 ribuan, saat itu uang segitu bisa beli bergram-gram emas, karena saat itu emas masih harga puluhan ribu. Belum lagi biaya bulanannya, pakai tidak pakai tetap ada biaya abonemen.


Tujuan utama tentunya sebagai alat komunikasi, penyambung informasi buat keluarga dan kerabat, bahkan beberapa tetangga sempat terbantu dengan benda yang di ciptakan Si Graham Bell ini, sering tetangga menerima telepon dari keluarganya lewat pesawat telepon kami, bahkan pernah tetangga meninggal sementara anaknya jauh di Jepang, karena mencari nafkah di sana sebagai tenaga kerja, dan telepon inilah yang menjadi saksi sejarah dan berkontribusi tersambungnya informasi duka cita tersebut. 😥


Telepon itu, zaman itu juga terkadang jadi alarm untuk bangun sahur, karena suaranya yang nyaring menggelegar, bahkan tetangga pun bisa dengar, jadi kami kadang meminta kerabat untuk misscall dua atau tiga kali Tut Tut Tut, karena orang dirumah terkadang amblas lewat waktu sahur, meskipun sudah ada jam weker. 🤭


Saya juga waktu sekolah di Makassar, kalau mau minta logistik atau kebutuhan lain, pasti telepon ini yang saya hubungi. 😅


Seiring berjalannya waktu, kalau tidak salah 2013/2014, telepon ini tidak difungsikan lagi, dan mengajukan pemutusan sambungan ke Telkom, karena beralih ke telepon genggam, ke handphone yang ada senter-senternya dan game ular-ularnya.😂


Dan hebatnya telepon itu semenjak terpasang sampai diminta untuk diputuskan, tidak pernah trouble, tidak pernah heng-heng, jadi dirumah kami tidak pernah ganti unit pesawat, dari lahir sampai wassalam. 🤣


Acchi

09:46 PM