Asri Salam ( Acchi )

Wednesday, 17 May 2023

Medali Emas Sepakbola Setelah Penantian Panjang 32 Tahun

Timnas Sepakbola Indonesia buka puasa setelah penantian panjang 32 Tahun, kali ini di Kamboja kembali meraih medali emas diajang olahraga Sea Games Asia Tenggara.

Merah putih berkibar dipuncak tertinggi, Anthem Indonesia Raya kembali terdengar dan dinyanyikan, oleh rakyat dan pemain Indonesia.


Kemenangan atas Thailand dengan skor 5-2, adalah kemenangan yang susah payah, laga yang penuh emosi, drama berdarah-darah sampai baku hantam official tim diluar lapangan, didalam dan luar lapangan hujan kartu kuning dan merah yang didapatkan kedua pemain dan kedua official tim.


Kemenangan yang sempat dirayakan dua kali selebrasi, karena lalai mengira Pluit akhir ternyata Pluit pelanggaran, official tim ibarat kena prank dari wasit, dan dari situlah malapetaka gol Thailand dan menyamakan kedudukan didetik-detik terakhir.


Thailand, Vietnam, dan Malaysia sering menjadi momok bagi Timnas Indonesia tidak saja di Sea Games tapi juga di Piala Tiger/AFF.


Euforia kemenangan harus menjadi penyemangat untuk berlaga dikompetisi berikutnya, latihan, tehnik, fisik, passing, pressing dan penguatan mental harus terus dikembangkan, apalagi anak-anak ini masih muda, masih bisa terus berkembang kemampuan dan skillnya.


Begitupula dengan pembenahan Liga Sepakbola, karena dari sanalah mereka lahir, kalau federasi mampu memperbaiki Liga, akan terus ada bibit-bibit pesepakbola yang terus lahir.


Berkaca dari Ramadhan Sananta pencetak 2 gol, pemain muda dia baru saja mengantarkam klubnya PSM Makassar menjadi juara Liga Indonesia setelah penantian panjang 23 Tahun, kini kembali berkontribusi besar mengantarkan Timnas Indonesia yang juga setelah penantian panjang.


Begitu pula dengan pelatih kepala Indra Sjafri, yang syarat akan pengalaman dan para asistennya yang juga mantan-mantan pemain timnas, patut diberi apresiasi atas racikan dan polanya, meramu cara bermain pemain timnas ini. 


Congratulation Timnas Indonesia

#SeaGemes

#Sepakbola


Acchi

01:06 AM

Monday, 1 May 2023

Tidak Perlu Lagi Ada Sidang Itsbat

Andi P Hasanuddin

Andi Pangerang Hasanuddin yang menghalalkan darah warga Muhammadiyah, bahkan sampai mau membunuh warga Muhammadiyah, kabarnya sudah diciduk polisi, karena ujaran kebencian dan pengancaman yang Ia tulis di medsosnya, serta karena ketololannya dan ketidakmampuannya bertoleransi.

Dia sendiri pegawai BRIN yang pada hakekatnya tidak punya kapasitas, untuk mempersoalkan masalah perbedaan berhari raya, lembaganya BRIN cuma sebatas pemberi informasi tentang ilmu pengetahuan tentang kondisi hilal kemudian dikomparasikan dengan kriteria dari MABIMS, sama halnya dengan lembaga lain seperti BMKG atau Badan Astronomi lainnya.

Lembaga keagamaan saja seperti MUI, Kementrian Agama, sampai Institusi Pemerintah, tidak mempermasalahkan adanya perbedaan hari raya, yang ditekankan adalah justru saling menghormati, saling bertoleransi.

Karena bila menyangkut masalah dalil, antara penganut dua Mazhab yang berbeda, masing-masing pegangannya bisa dipertanggung jawabkan.

Kedepannya, kurang lebih dua bulan kedepan tepatnya bulan Dzulhijjah, untuk menentukan 1 Dzulhijjah 1444 Hijriyah, tak perlu lagi ada sidang-sidang Istbat, tak perlu lagi menyebar tukang teropong, karena kriteria Pemerintah dan MABIMS sudah jelas 3⁰ dan sudut elongasi 6,4⁰.

Disamping itu biaya dan dana anggaran sidang itsbat, bisa dialihkan ke hal lain yang lebih menyentuh langsung ke persoalan ummat.

Tinggal perintahkan saja lembaganya Thomas Djamaluddin yang selaku orang BRIN, persentasekan bahwa tanggal sekian tinggi hilal sudah berapa derajat?, ataupun BMKG, kedua lembaga ini sudah cukup punya ilmu pengetahuan, punya cukup alat untuk mengetahui ketinggian derajat, sudut, dan menitnya hilal itu. Bila tidak sesuai kriteria harus ditolak meskipun sudah ada yang melihat, karena kriteria sudah menjadi standar, kecuali standarnya dirubah lagi.

Sementara Muhammadiyah dan ormas atau lembaga yang lainnya yang punya standar sendiri, metode sendiri, dan pemahaman dalil sendiri, tidak boleh dipaksa untuk seragam, apalagi sampai mengancam untuk dibunuh warganya.

Apalagi pada hakekatnya moderasi dalam beragama, adalah kebebasan menjalankan agama sesuai keyakinan, dan selama tidak ada penyimpangan dalam beragama, sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945.  

Acchi

00:06 AM