Asri Salam ( Acchi )

Sunday, 5 December 2021

Erupsi Gunung Semeru

Foto Google

Gunung Semeru tiba-tiba menyemburkan awan panas dan lahar dingin sabtu kemarin, sampai hari ini korban meninggal sudah belasan orang, sementara yang dirawat karena luka bakar juga ada dirumah sakit setempat dan rumah sakit rujukan, dan yang dinyatakan hilang karena belum ditemukan juga ada, dan diduga tertimbun abu vulkanik, mengingat kondisi rumah dan kampungnya, yang kelihatan hanya atap-atap rumah saja.


Pertanyaan yang muncul, kenapa tidak ada peringatan dini?, biar warga bisa dievakuasi, seperti pengalaman beberapa tahun lalu saat wedus gembel muntah dari Gunung Merapi, saat itu jenjang status bertingkat, mulai dari waspada, siaga, awas.


Tadi saya menemukan jawabannya dari Mbah Rono mantan kepala Geologi Vulkanik, saat diwawancara di stasiun tv, dia mengatakan bahwa status Gunung Semeru memang pada level waspada, karena kondisi kawah gunung hanya meletupkan material sedikit demi sedikit, kemudian material yang bertumpuk itulah yang menjadi lahar dingin saat bercampur air hujan, sementara yang menjadi awan panas adalah letupan material yang ditumpahkan, sehingga terjadilah seperti yang kemarin kita saksikan, itulah yang saya tangkap dari pernyataannya.


Jadi erupsi Semeru kemarin tidak sama dengan kejadian Merapi yang lalu, karena gempa-gempa tremor yang secara kontinyu yang membuat statusnya jadi Awas sehingga warga bisa dievakuasi, kecuali sang juru kunci Merapi Mbah Marijan yang saat itu tidak mau dievakuasi.


Tragedi ini jadi pelajaran, bahwa kewaspadaan tidak mesti harus pada level Awas baru warga dievakuasi, kemudian relokasi warga juga adalah keharusan, pada radius aman, mengingat kecepatan muntahan semburan yang bisa berapa kilometer perjam, selanjutnya mitigasi bencana juga perlu terus diupdate.


Sama halnya dengan kejadian Tsunami di Banten beberapa tahun lalu, yang merenggut beberapa personel band seventeen, tiba-tiba ada Tsunami sementara warga tidak merasakan gempa, karena seperti biasanya Tsunami selalu diawali dengan gempa, ternyata setelah ditelusuri penyebabnya, adalah bertemunya air pasang dan longsor bawah laut dekat Gunung Anak Krakatau.


Acchi

11.46 PM