76 Tahun usia negeri ini telah terproklamirkan tentang kebebasan, tentang cita-cita berdiri dan berekspresi sendiri, namun jalan yang ditapak masih ada riak-riak yang masih terus dibenahi.
Dan sudah 2 tahun terakhir ini kebebasan direnggut oleh corona, entah sudah berapa nyawa direnggutnya, tetangga, keluarga, sahabat beberapa sudah mendahului, dan khusus di negeri karena data kematian tak lagi terpublish, infonya jadi makin kabur.
Kebebasan dan merdeka dari aktivitas harian saja saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan, pembatasan sampai level menyakitkan masih terus diterapkan, entah sampai kapan dan dimana ujungnya.
Doa dan harapan untuk terbebas dari bala' ini, tetap ada, masih terpatri untuk selalu optimis, asal untuk kemanusiaan, asal untuk kesehatan, bukan untuk kepentingan yang diproyek bisniskan, bukan untuk melanggengkan hegemoni kekuasaan.
Semoga diusia negeri yang sudah cukup matang, pemangku kekuasaan juga cara berpikir dan bertindaknya ikut matang, bukan malah alergi dengan tulisan keluh kesah rakyat pada Tuhannya, seperti mural yang viral yang jejaknya sudah dihapus.
Dan Alhamdulillah 17 Agustus kali ini tetap ditanggal 17, tidak digeser seperti kekhawatiran banyak orang karena hari terjepit yang bisa menjadi long weekend yang bisa memicu kerumunan.
Di penghujung tulisan ini dengan harapan besar dengan rahmat Allah SWT, semoga menjadikan negeri ini, negeri yang Baldatun Thayibatun Wa Rabbun Gafur.
Acchi
10:16 AM