Asri Salam ( Acchi )

Tuesday, 14 May 2019

Kepergian Ibu dan Tanda-tanda akan kepergiannya


Tepat hari ini setahun yg lalu Ibu berpulang, pergi dengan senyum karena baktinya sudah usai, Ibu pergi menemui Ayah yg telah beberapa tahun lalu telah mendahului kami-kami, kini mereka bersatu kembali dipusara yg mereka telah persiapkan berdampingan sehidup semati.

Semoga dengan rahmatnya Allah Melapangkan kuburnya, Menyejukkan kuburnya, Menerangi kuburnya, karena amalannya ibadahnya, baktinya dan jasanya selama hidupnya.

Allahumagfirlahuma warhamhuma waafihi wafuanhuma.  

Kepergian Ibu bagi saya pribadi sangat mengagetkan, namun setelah Ia pergi saya kembali  mengingat-ngingat seratus hari kebelakang ternyata pesan-pesan tersirat sudah ada yang disampaikan secara langsung maupun pesan dengan perbuatan.

Kurang lebih seratus hari sebelum Allah memanggil Ibu sempat sakit dan dirawat dirumah sakit selama empat hari dan sakitnya pun secara tiba-tiba karena kakinya tidak bisa digoyangkan dan sulit untuk melangkah dan setelah ditangani Ia kembali sembuh meskipun tidak total sembuh karena saat jalan sudah tidak seperti semula saat Ia berjalan.

Dan setelah itu dalam lingkup seratus hari sebelum Ajalnya tiba pesan pesan tersirat itu mulai kelihatan dan sekali lagi saya baru sadari setelah Ia pergi saat Ia masih hidup saya tidak menyadarinya.

Pesan tersirat pertama ketika Ibu sangat ingin pulang kampung naik pesawat bersama anak cucunya yang kebetulan dikampung ada pesta pernikahan dan ini jadi rencana yang Ia idam-idamkan sampai tiket pesawat sudah dicek harganya, namun pulang kampung batal naik pesawat cuma naik ferry karena sesuatu dan lain hal dan bukan karena faktor harga tiket pesawat.

Pesan yang lain ketika Plafon rumah dibagian belakang selesai direnovasi karena lapuk dimakan rayap dan usia, Ibu ingin melihat plafon baru itu dan saat itu Ia berpesan ingin dimakamkan disamping pusara Ayah, saya pun hanya mengiyakan dalam hati sambil berlalu dan mengarahkan ke kamar mandi melihat plafon kamar mandi yang baru saja saya ganti tripleksnya karena ulah tikus.

Selanjutnya saya juga pernah mendapati Ibu sedang mengatur berkas-berkas saat pagi hari dikamar dan ternyata yang diatur itu adalah berkas kartu pensiun, SK terakhirnya, dll. Dan ternyata karena berkas yang sudah teratur itu sehingga kami tidak sulit lagi mengurus Uang duka dll dikantor TASPEN karena sudah Ia persiapkan.

Dan pesan tersirat lain saat di Makassar Ibu sempat mengatakan bahwa Ia tidak merasakan lagi dingin termasuk kalau mandi di Ermes yang airnya dingin bahkan AC kamar sering distell rendah dan tidur hanya pakai sarung tanpa selimut.

Dan Saat di Makassar itulah saya menemukan banyak hal aneh-aneh termasuk saat saya memberi HP lama saya untuk Ia pakai ketika Ibu mencobanya untuk memotret mengambil foto ternyata Ia merekam video dan rekaman itulah yang menjadi kenangan video dan suaranya,belum lagi setiap saya datang saya sering mendapati Wajahnya putih cerah seperti saat nenek saya satu hari sebelum meninggal wajahnya juga putih cerah, begitupula saat ziarah kubur dipekuburan DADI saya perhatikan cara Ibu melihat kuburan-kuburan itu saya merasa ada hal lain yang ganjil bagi saya.

Termasuk saat Ibu ngomong diatas kursi merah kalau pemilu tahun depan saya mau pilih Prabowo karena Ajal menjemputnya masih jauh sebelum pemilu maka saya kemarin menunaikan janjinya dengan ikut mencoblos PrabowoSandi dua kali tusukan paku dalam kolom satu kertas itu satu untuk saya dan satu untuk Ibu.

Dan masih ada beberapa pesan tersirat lainnya termasuk tanda-tanda atau mungkin hanya mitos seperti bermimpi gigi saya tanggal atau jatuh hingga beberapa kali bermimpi itu,bahkan saya sering ngantuk berat disaat bukan waktu tidur dan saya juga mendapati dua kali khutbah jumat berturut-turut di mesjid berbeda dan ustadz yang berbeda yang dalam khutbahnya mengatakan Usia ummatnya Rasulullah itu Baena sittin wa sabein antara enam puluh sampai tujuh puluh selebihnya itu bonus.

Dihari Ibu berpulang 14 Mei 2018, saat pagi hari setelah Ia mandi dan saat akan memasak nasi Ia tersungkur didapur kemudian dibawa kerumah sakit hingga dirujuk ke rumah sakit di Makassar.

Saya yang sedang berada di Makassar mendapat telepon, spontan dan rasa campur aduk langsung berangkat dengan sepeda motorku namun belum melewati batas kota mendapat telepon lagi bahwa Ibu akan dirujuk ke rumah sakit Makassar namun waktu keberangkatan belum ada kepastian karena masih menunggu beberapa rumah sakit di Makassar yg bisa menjadi rujukan.

Dengan perasaan yang bimbang campur aduk dibawah derasnya hujan berkendara motor bersamaan dengan derasnya air mata dipipi dalam pikirku mungkin inilah firasat buruk yg datang kemarin-kemarin itu, doapun kupanjatkan pada Allah akan kesembuhan Ibuku sekaligus membimbing diriku mengontrol luapan emosiku yang campur aduk itu untuk Ikhlas bila kemungkinan terburuk karena info yang kudapat pembuluh darah ibuku diotak pecah.

Hingga akhirnya kuputuskan untuk berhenti dijalan menepi dari derasnya hujan dan berputar arah kembali ke Makassar dan stay menunggu di Makassar.

Pukul 21.20 Ambulance yang mengantar Ibuku tiba dirumah sakit Wahidin Sudirohusodo di ruang ICU ditangani beberapa menitpun saya datang dengan langsung menumuinya dan mengatakan saya sudah datang Ibu entah Ia mendengar atau tidak karena kondisinya sudah tidak sadarkan diri semenjak Ia tersungkur jatuh, sambil menunggu penanganan saya tetap disampingnya berdoa berharap ada keajaiban dan rahmat Allah.

Ibuku yang disekelilingnya dan ditubuhnya berbagai macam alat rumah sakit EKG dan perangkat lainnya, Tidak sampai satu jam alat monitor detak jantung itu berhenti monitor grafiknya sudah tidak bergelombang lagi dokter dan perawat mencoba memberi bantuan pernafasan dan Ibuku ini adalah orang kedua yang saya saksikan langsung dibantu pernafasan setelah yang pertama adalah Ayahku sendiri, kurang lebih hampir setengah jam Dokter dan perawat mencoba membantu menolong namun takdir berkata lain bahwa Allah memang telah memutuskan bahwa batas nafas dan ajalnya sampai disitu, tangis dan rasa sedih yang pecah dan dalam pikirku Ibuku hanya ingin menemuiku di Makassar karena sayalah anaknya yang jarang berada dirumah karena kebanyakan beraktifitas di Makassar.

Tidak sampai dua jam kedatangannya di Makassar kamipun kembali mengantarnya  pulang untuk dimakamkan keesokan harinya dan karena menunggu tante paman (Saudara dan sepupu Ibu) dan keponakan serta keluarga dari kampung Selayar hingga akhirnya kami memakamkannya ba'da Ashar disamping pusara Ayah yang telah pergi lebih dulu.

Acchi
07:06 PM