Asri Salam ( Acchi )

Tuesday, 20 May 2014

Berburu Nikei/Duwo Gorontalo..

Bulan kemarin saya berada di Gorontalo provinsi baru yang memisahkan diri dari provinsi Sulawesi Utara dan daerah yang sempat di pimpin oleh Fadel Muhammad selama kurang lebih dua periode masa jabatan Gubernur.

Dari sekian banyak tempat yang saya kunjungi dan mengamati potensi daerah disana serta budaya etnik serta kearifan lokal yang terkandung didalamnya bahkan masih terpelihara sehingga menambah lagi satu pengalaman saya tentang keragaman negeri ini.

Area Pelabuhan Gorontalo
Hingga tibalah saya di pelabuhan dipinggir kota Gorontalo dimana disana lautan menjorok kedaratan atau semacam teluk tempat bertemunya air tawar dan asin atau muara, meskipun kecil tapi aktifitas didalamnya sangat padat karena tempat bersandarnya kapal besar dan kapal-kapal nelayan, mulai dari aktifitas bongkar muat kontainer, kapal pelni dan kapal ferry penyeberangan, bahkan bongkar muat nelayan ikan di pelabuhan pelelangan sampai tempat nongkrong warga yang mereka sebut tangga 2000.

Kapal Yang Sandar di Pelabuhan dan Pelelangan
Dari sanalah kami mendapatkan informasi tentang Ikan Nikei atau orang disana juga menyebutnya Duwo yang menurut kabarnya Ikan jenis ini hanya ada dalam sebulan sekali di akhir-akhir bulan berdasarkan perhitungan bulan Hijriyah, makanya orang-orang disana menghafal baik bulan-bulan dalam kalender Hijriyah.

Bercerita Dengan Nelayan
Jenis ikan ini sangat kecil dan transparan ukuran cuma kurang lebih 1-3 cm saja, karena ini ikan yang spesial sehingga kedatangannya selalu ditunggu-tunggu sehingga disaat ikan ini ada maka banyak masyarakat yang berburu bahkan menurut kabarnya ikan ini sampai di eksport ke Jepang.

Ikan Nikei/Duwo
Dan anehnya lagi menurut cerita masyarakat disana ikan jenis ini induknya tidak diketahui bahkan bumbu-bumbu cerita mitos yang masih dipercaya masyarakat disana juga menambah rasa penasaranku akan ikan jenis ini dan ikan ini hanya ada di muara sekitar pelabuhan.

Dan proses mendapatkan juga tidaklah terlalu sulit karena tidak perlu terlalu jauh keluar kelaut, ada nelayan yang bekerja sendiri dengan memakai jaring segitiga dan ada juga yang berkelompok membuat jaring lingkar dengan dibantu pencahayaan lampu.

Dan ikan ini baru ada kalau ketuban-ketuban itu sudah pecah dan yang memecahkan itu biasanya burung atau ikan-ikan muara sehingga keluarlah segerombolan yang banyak sekali yang mengarah ke jalur sungai dan tidak mengarah ke laut sehingga nelayan cukup menunggunya dijalan masuk sekitar muara.

Karena nelayan dan masyarakat sana membagi tiga ikan jenis ini Dan Nikei/Duwo yang paling gurih bila dikomsumsi adalah ikan Nikei/Duwo yang didapatkan nelayan dihari pertama dan kedua dan di hari ketiga dan keempat sudah dibawah sedikit kualitasnya dari hari kemarinnya begitupula dihari terakhir sudah ada pahit-pahitnya sedikit apalagi kalau sudah membelinya di para pedagang sudah tidak original lagi karena sudah diberi garam oleh pedagang.

Ketika saya mencoba menanyakan asal-usul ikan ini tidak ada tahu persis asal-usulnya bahkan menurut kabarnya sudah diteliti tapi belum ada jawaban yang memuaskan dari penelitian itu, justru lagi-lagi yang saya dapatkan adalah jawaban mitos-mitos yang berkembang di masyarakat ada yang mengatakan itu berasal mahluk yang tidak diketahui mahluk apa yang menetaskan ketuban-ketuban dari hulu-hulu sungai yang membawanya kehilir hingga muara dan disanalah dipecahkan oleh burung dan ikan, dan biasanya bila burung gagak yang memecahkan maka burung gagak akan ke gunung mengeluarkan suara khasnya seakan-akan mengabarkan bahwa ikan Nikei/Duwo sudah pecah, begitupula cerita yang satunya yang mengatakan bahwa ikan itu berasal dari laut yang entah ikan jenis apa dilaut yang menetaskannya sehingga terbawa arus ke muara.

Nelayan Mengumpulkan Nikei/Duwo Hasil Tangkapannya
Disaat kami berburu dimalam hari setelah nelayan itu mengumpulkan hasil tangkapannya sudah banyak warga para pemburu Nike/Duwo yang menunggu baik konsumen langsung seperti kami dan para pedagang yang membeli dari nelayan untuk dijual kembali, dan perjuangan kami untuk mendapatkan tidaklah mudah karena satu dari kami sempat berdarah-darah karena tergelincir sehingga tercebur kelaut yang mengakibatkan kuku kakinya terangkat dan berdarah.

Nikei Pepes Dengan Dabu - dabu
Nikei Perkedel Kriuk - kriuk
Nikei Campur Sayur
Nikei Pepes Bakar Pakai Sagu 
Nikei Goreng Pedas
Dan sesampainya dirumah dibuatlah berbagai macam olahan makanan dari bahan baku Nikei/Duwo ada yang di pepes, diperkedel, digoreng pedas, dan ada juga yang dimasak, dan masakan ini tentunya masakan khas orang Gorontalo..

Acchi 01 : 06 PM