Asri Salam ( Acchi )

Wednesday, 4 January 2012

Pelarian dari Keterpaksaan…


Saat beranjak tengah malam deringan sms yg sempat terbaca dengan isi yg membuat gerah, yg ada pada saat malam itu adalah perasaan yg sangat panas di karenakan isi sms itu, tak tahu apa yg ingin di perbuat ingin marah tapi tak berdaya,melampiaskannya bisa malah tambah rugi karena bisa makin terbahak mereka, sebotol air putih bisa menengkan pikiran dan akhirnya mungkin petunjuk  menguntungkan memandu ke arah yg lebih menenangkan hingga bisa membuat terlelap meskipun itu hanya sejenak krn saat subuh hampir usai kemudian bergegaslah dengan tas yg berisikan miniatur kamar, pikiran yg setengah kacau dan hati yang galau, raung motor butut yg menemani mengarungi jalan yg saat itu tujuan entah kemana yg ada hanya berharap pada tepian jalan yg berpihak, tak terasa berapa liter bensin yg di habiskan si belalang tempur dan tak terasa daerah yg terlewati menemui berbagai macam cuaca ada yg panas ada yg dingin dan kadang disiram dengan dgn hujan lebat yg memaksa untuk berhenti dan bernaung karena licinnya jalan dan daerah yg berkabut, sesaat setelah reda dengan mulai merefres kembali bismilah dan melanjutkan kembali perjalanan, tak lama kemudian jalan sdh sampai di ujungnya, air bersoda yg terselip di saku tas juga sdh hampir habis berharap tenggorokan bisa kompak, di kejuhan terlihat gubuk dan mencoba tuk mendekati gubuk reok itu yg berdinding gamacca lapuk dan beratap yg hampir rubuh, tak lama kemudian dari dalam gubuk terdengar suara mengajak utk memasuki gubuknya, dengan perlahan langkah demi langkah dengan perasaan yg bertanya tanya tapi mencoba untuk selalu berpikiran positif, tak lama sudah terlihat paras paras yg menyapa itu berjumlah tiga orang yg masih muda muda mereka semua laki laki, dengan senyum yg tdk dibuat buat menyambut kedatangan, asap rokok yg mengepul  yg ibarat antri keluar dr sela sela dinding gamacca itu, pembicaraan yg sdh tak terbatasi semua sdh pada rileks dan kopi hangat yg di minum di daerah seperti itu  yg halamannya banyak pohon rindang terasa benar benar nikmat, tak terasa waktu demi waktu siang malam bahkan hari terlewati, masalah yg pernah ada sdh hampir terlupakan meskipun kadang sekali kali masalah itu datang menyapa meskipun hanya datang melintas dipikiran, dengan suasana dalam gubuk yg tak seperti tak ada lagi hijab karena kondisi persaudaraan yg kental sdh begitu kuat, silih berganti orang orang berdatangan dengan berbagai macam tipe dan karakter, ada yg datang dengan penuh masalah ada juga terlihat yg biasa biasa saja ada juga yg pura pura tidak punya masalah padahal meskipun ada, dan kaget yg awalnya terlihat perlahan lahan sudah tidak ada lagi di karenakan mungkin sdh kelebihan adaptasi, weleh weleh kontras benar orang orang yg ada dalam gubuk itu karena banyak watak watak yg terduga yg tak terpikirkan, bushet ada yg diam diam menghanyutkan, ada yg sotta sotta (so tahu) yg bermulut besar dengan otak dikit, ada yg super egois bikin minta ampun, kadang juga menemukan pelitnya minta ampun, belum lagi kadang menemukan orang orang yg kalasi dan pecundang di sertai dengan tukang adu domba provokator sana sini, ada tong kowdong suaranya lappo lappo tapi ketika mentalnya di uji ternyata mental krupuk tonji dan yg buat heran karena kumpulan orang orang didalamnya sudah pada dewasa tapi perilakunya kowdong lebih dari anak anak, tapi dalam kekontrasan yg seperti itu ada juga yang agak baik ada yg super sabar dan ibadahnya taat bangat ada juga yg terlalu royal mungkin karena dia agak lebih dari yg lain, mungkin itulah dinamika dari gubuk reok itu dan isi didalamnya.
Lucu benar tingkah laku mereka mereka karena bisa mengocok perut tapi karena takut ada yang tersinggung terpaksa ketawanya dalam hati saja, dan tak terlepas dari semua itu seiring waktu berjalan mencoba untuk membiarkan saja hikmah yg terkandung didalamnya yg bisa di diambil menjadi bahan pelajaran dan bahan renungan, dan karen kekontrasan yg sudah menjadi dinamika maka tak boleh di paksakan untuk menyamakan sebab itu terlahir dari kemajemukan dan itulah yg membuat unik dari kehidupan ini.
Sepintas kisah dari dalam gubuk reok yg selama waktu berjalan yg hari demi hari terlewati dengan kondisi yg hampir sama karena memang tiap harinya kehidupan disana sangat monoton karena tak ada yg terlihat dan berkembang dari hari ke hari, sehingga kejenuhan kadang sudah datang menghampiri tapi perasan seperti itu coba di tepiskan dengan cara berpikiran positif dan selalu tegar untuk menghadapi keadaan seperti karena jangan sampai depresi datang menghantui, kadang diam adalah hal terbaik dilakukan supaya sabar bisa tertanam dan menjadi benteng untuk selalu tegar, dengan bertingkah demikian ada baiknya meskipun sebahagian dari mereka ada yg memberikan senyuman tapi senyuman yg dipaksakan dan kadang ada juga senyum yg didapatkan adalah kepura puraan yg memang tdk muncul dari keikhlasan, tapi semua harus di anggap ujian psikologis karena keabstrakannya ibarat mengurai benang kusut yg sudah tercebur kedalam air lumpur.
Tak terasa waktu sudah berhitung bulan, tabungan yg selama ini terkumpul sudah mualai susut, sementara yg mau digarap disekitar gubuk harus jauh keluar karena di sekitar situ sudah ada yg punya dan ibarat sudah di kuasai oleh mereka mereka, dengan semua itu kepasrahan bukan jadi jalan terakhir karena selalu bersikap optimis dan selalu berharap didepan masih ada hamparan yg bisa menjadi harapan, tapi tidak dari mereka mereka karena si kappaccei yg harusnya ada ternyata sudah hilang, karena kumpul kumpul yg ada hanya untuk menyakiti dan menaruh dendam, berbuat yg mendahulukan penunjang ketimbang yang di jadikan dasar, bushet goblok benar karena kopi yang di minum di kiranya tak butuh air dan mie yang biasa disiram dan beras yg di masak hingga jadi nasi bukannya air yg menjadikanya matang...???
Andai kata batangan yg di bakar dan asap yg mengepul bisa bikin kenyang dan sotta sotta yg mereka pelihara serta dakocang yg mereka tonton bisa membuat mereka berubah kenapa tidak di pupuk saja hal yg demikian supaya bisa tumbuh menjadi generasi baru yang menjadikannya pecundang pecundang masa depan.
Harusnya bulan yg sudah tiga kali purnama adalah pertanyaan dari satu masalah yg di hindari ke satu yg kontras yang membuat cacing di perut mual-mual.... hahahaha..!!!